MEDIASULSEL.COM—Menyusuri jalan setapak berbukit yang berkelok hasil swadaya sejak masa penjajahan. Jalur pintas dari Kota Malino ke Kabupaten Maros lewat Kampung Parigi ke Desa Gantarang ini, tepatnya, di lembah Gunung Bawakaraeng Dusun Bossolo Desa Lembang Panai Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Beberapa tahun belakangan, menurut Gani dan Dg. Nompo (penduduk setempat), serta seorang tokoh wanita desa itu, Winarni Delima, infrastruktur di desanya mulai ‘disentuh’ sejak terpilihnya ‘Karaeng Jarung’, seorang tokoh masyarakat asal desa ini jadi Wakil Rakyat.
“Sebaiknya jalan alternatif ini diambil alih Pemprov untuk dianggarkan di DPRD Sulsel,” saran sahabat yang mengundang saya, Fachri Sangaji, SH didampingi isterinya, Dra Suriani (‘Ummi Nonha) yang Buyut, kakek dan orang tuanya penduduk asli. Alasannya, agar sinergitas pembangunannya berkesinambungan dengan Pemkab Gowa.
“Kalau perlu, disuntik dana APBN,” pintanya.
Menurutnya, kalau jalan ini sudah dilicin aspal, waktu tempuh Malino-Maros, paling lama satu jam dibanding saat ini kalau dari Maros harus melewati kota Makassar, baru ke Malino yang jaraknya sekitar 90 Km.
Juga, katanya, alternatif sebagai jalur ‘pemecah’ macet yang biasa terjadi saat kunjungan wisatawan Kota Malino membludak, sambil menikmati indahnya “lukisan” alam perbukitan diterpa angin sepoi basah, sepanjang jalan sebagai destinasi baru.
Saya bagikan “Catatan pinggir” ke pembaca , karena desa ini dulu, menurut penduduk aslinya, banyak menoreh kisah pilu di tengah heroiknya perjuangan dalam merebut kembali kemerdekaan paska Proklamasi.
Menurut mereka, yang menyedihkan karena 78 tahun Negara ini merdeka, selain jalan itu, juga susah dapat signal internet untuk berkomunikasi lewat Handphone.
Kalau anak murid dapat tugas sekolah, mereka harus keluar sampai larut malam cari signal di bukit Bossolo, sekitar 1 sampai 2 km dari pemukiman tanpa penerangan lampu jalan menapak ‘setapak’ kampung membelah persawahan hasil swadaya masyarakat.
Mereka berharap Pemkab Gowa, Pemkab Maros dan Pemprov Sulsel serius berjibaku memperhatikan nasib rakyatnya yang hidup dari hasil perkebunan, pertanian dan perikanan darat dengan cara mina padi.
“Kami butuh jalan pintas yang bisa mengirit biaya transportasi memasarkan hasil bumi” tutur Gani.
Terwujudnya harapan masyarakat, kelak akan menyejahterakan rakyat di’kaki’ gunung Bawakaraeng dan “kembaranya” Gunung Bulusaraung ini.
Yang jelas ‘pundi-pundi’ PAD bisa diraup lewat sektor pariwisata. Apalagi, ada air terjun di ujung kampung desa ini. Semoga (AP)
Tidak ada komentar