Bank Indonesia (BI) secara tak terduga menaikkan suku bunga pada Kamis (19/10) untuk menjaga nilai tukar rupiah, yang berada di bawah tekanan di tengah pengetatan moneter AS dan meningkatnya risiko geopolitik.
BI menaikkan suku bunga acuan 7-day reverse repurchase rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,00%, kenaikan kedua tahun ini dan ketujuh sejak memulai siklus pengetatan pada tahun 2022.
Semua ekonom yang disurvei oleh Reuters sebelumnya memperkirakan tidak akan ada perubahan.
Dua suku bunga BI lainnya juga dinaikkan dengan jumlah yang sama. Suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga naik masing-masing sebesar 25 bps menjadi 5,25 % dan 6,75%.
Keputusan tersebut diambil ketika nilai tukar rupiah menghadapi tekanan baru, mencapai level terendah sejak tahun 2020 pada hari Kamis karena investor yang menghindari risiko lebih memilih investasi aman di tengah pengetatan moneter di negara-negara maju dan ketegangan di Timur Tengah.
“Peningkatan ini untuk memperkuat langkah stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap dampak meningkatnya ketidakpastian global, serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi melalui barang impor,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Ia menggambarkan kondisi pasar global “berubah dengan cepat dan sangat tidak dapat diprediksi”.
BI juga mengatakan akan menerbitkan surat berharga dalam mata uang asing untuk memperdalam pasar valuta asing dalam negeri, meringankan langkah-langkah likuiditas bagi bank, dan memperluas kebijakan tanpa uang muka untuk hipotek dan kredit mobil untuk meningkatkan pinjaman.
Rupiah memulihkan sebagian kerugiannya setelah pengumuman BI itu. Mata uang ini telah melemah sebanyak 0,81% sebelum pengumuman suku bunga.
Rupiah merupakan salah satu mata uang negara-negara berkembang di Asia dengan kinerja terbaik, sebagian didukung oleh surplus perdagangan Indonesia.
Para analis mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah menghalangi BI untuk memotong suku bunga, bahkan ketika inflasi turun ke level terendah dalam 19 bulan pada bulan September, mendekati batas bawah kisaran target BI sebesar 2% hingga 4% untuk tahun 2023.
BI akan menurunkan kisaran target menjadi 1,5% hingga 3,5% pada tahun depan.
Para ekonom dalam survei terbaru Reuters memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunganya hingga akhir kuartal pertama tahun 2024, lebih lama daripada perkiraan sebelumnya.
BI mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini pada angka 4,5% hingga 5,3% pada 2023. [ab/uh]
Tidak ada komentar