Ekonomi Makin Menggeliat, Inflasi Terkendali

HAK SUARA
20 Des 2023 17:44
Ragam 0 116
4 menit membaca

 

Luwu Utara -SKN.Id- High Level Meeting (HLM) Pengendalian Inflasi Daerah adalah Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) yang membahas tentang fenomena dan gambaran perubahan harga serta aksi pengendalian inflasi di daerah.

Rakornas ini rutin diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri selaku pembina pemerintah daerah dalam upaya pengendalian inflasi. Kabupaten Luwu Utara adalah salah satu daerah yang mengikuti HLM secara daring dari Ruang Command Center Kantor Bupati belum lama ini.

Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, hadir bersama Sekretaris Daerah, Dandim 1403 Palopo, Polres Luwu Utara, Kejari Masamba, Tim Pengendali Inflasi Daerah, BPS, Tiga Unit Penyelenggara Bandar Udara Lokal, Perusahaan Daerah, Private Sector lingkup Luwu Utara, dan Bulog Palopo.

Kepala BPS Luwu Utara, Dr. Ayub Parlin Ampulembang, menuyebutkan bahwa metode yang digunakan dalam perhitungan inflasi mengacu pada Consumer Price Index Manual, yang mengukur sekitar 300-400 paket komoditas per kabupaten dan kota dengan 20 komoditas terpilih. 20 komoditas terpilih adalah komoditas yang memiliki share paling tinggi dalam kelompok bahan pangan dan pemicu utama terjadinya inflasi MtM.

“Proksi inflasi, khususnya bahan pangan, menggunakan perubahan Indeks Perkembangan Harga (IPH) yang dihitung Senin-Jumat, tidak termasuk hari libur nasional dan diperoleh dari Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan,” kata Ayub.

Ia juga menyebutkan bahwa IPH Luwu Utara cenderung mengalami penurunan. “Pada Minggu IV November, IPH Luwu Utara 4,248% dengan fluktuasi harga tertinggi adalah cabai merah 0,18%. Begitu pula Minggu V November, IPH 4,546%, komoditas dengan fluktuasi harga tertinggi masih cabai merah 0,17%,” ungkap dia.

Masih Ayub, IPH Luwu Utara turun pada Minggu I Desember 2023 menjadi 1,943% dengan fluktuasi harga tertinggi adalah cabai rawit 0,06%. Sedangkan pada Minggu II Desember 2023, IPH Luwu Utara terkendali pada 2,36%, fluktuasi harga tertinggi masih cabai rawit 0,08%. Cabai rawit, cabai merah dan bawang merah adalah tiga komoditas andil perubahan harga terbesar pada Minggu II Desember ini.

“Nilai inflasi ataupun IPH yang baik itu adalah sekitar dua persen, sangat kurang atau pun lebih dari itu juga tidak baik.” terang Ayub.

Lebih jauh, Ayub mengatakan bahwa kondisi harga Luwu Utara pertengahan Desember 2023 diwarnai perkembangan harga cabai rawit yang hampir mencapai Rp100.000 per kg. Harga Tomat dari Rp10.000 bulan lalu naik menjadi Rp17.000 per kg bulan Desember ini.

“Harga beras di tingkat penggilingan bulan ini juga relatif naik, dari Rp6.600 menjadi Rp7.000 per kg. Hal ini disebabkan oleh hampir tidak adanya panen di bulan Desember. Namun, untuk harga telur ayam ras cenderung menurun,” jelasnya lagi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan mendekati Natal dan Tahun Baru (Nataru) menurut analisis BPS, yaitu beberapa komoditas yang biasanya mengalami kenaikan yang cukup menjelang Nataru adalah daging sapi, daging ayam, telur ayam ras, dan transportasi.

“Perlu juga memperhatikan kelangkaan ketersedian bahan bakar LPG. Kenaikan harga menjelang Nataru dipengaruhi oleh spekulan harga, kadangkala spekulasi harga yang terlalu tinggi dilakukan oleh para pedagang,” sebutnya.

“Beberapa komoditas sebenarnya seimbang antara demand dan supply, kenaikan demand diimbangi dengan kenaikan supply, tetapi yang terjadi di lapangan adalah harga melonjak terlalu besar karena adanya spekulasi ini,” sambungnya.

Berdasarkan rekomendasi BPS tersebut, Bupati Indah Putri Indriani meminta semua pihak terkait untuk segera melakukan sidak di pasar-pasar jelang Nataru. Hal ini dilakukan untuk memastikan ketersediaan bahan pangan pokok.

“Kita harus melakukan upaya pengendalian inflasi, utamanya dalam menyambut Nataru dan dan tahun politik. Pengendalian dilakukan dengan memantauan harga dan memastikan tersedianya bahan pokok melalui sidak pasar,” tegas Indah.

Tak hanya, lanjut Indah, stabilisasi harga komoditas pangan strategis dapat juga dilakukan melalui kerjasama dengan Bulog agar mendapat alokasi komoditi cukup untuk penyelenggaraan pasar murah dengan subsidi harga dan memperbanyak lokasi pasar murah.

Lebih jauh Indah Putri Indriani mengatakan bahwa pengoptimalan sarana dan prasana penyimpanan maupun pengolahan hasil pertanian untuk menjaga ketersediaan antarwaktu dan wilayah, serta yang utama adalah menggalakkan pemenuhan kebutuhan pangan, seperti tanaman hortikultura yang bisa dipenuhi secara mandiri oleh rumah tangga melalui program tanam pekarangan, Getar Dilan.

“Kita perlu menggalakan gerakan pola pekarangan serentak dan terpadu di desa-desa yang dipopulerkan dalam inovasi Getar Dilan. Saya kira ini bentuk pengendalian inflasi yang harus secara kontinyu kita galakkan di masyarakat pada setiap desa agar masyarakat kita, terutama masyarakat miskin, terlindungi dari inflasi,” terang Indah.

“Pengawasan distribusi barang dengan tujuan meringkas rantai distribusi barang juga penting diperhatikan. Subsidi transport daerah remote juga diperlukan untuk menjamin distribusi barang pokok ke daerah yang tergolong sulit diakses, ataupun distribusi komoditas dari produsen daerah pegunungan seperti dari Seko ke Masamba. Serta pengendalian dengan memastikan penyaluran subsidi pemerintah tepat sasaran,” pungkasnya. (ctr/LHr)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x