Gerakan Hizbullah Lebanon yang didukung Iran mengatakan pada Jumat (13/10) bahwa mereka akan “sepenuhnya siap” untuk bergabung dengan sekutu Palestinanya, Hamas, dalam perang melawan Israel pada waktu yang tepat.
Wakil Ketua Hizbullah Naim Qassem berbicara ketika Hamas dan Israel saling baku tembak pada hari ketujuh. Saat itu ratusan anggota bersenjata Hamas menyerbu melintasi perbatasan dari Gaza ke Israel pada Sabtu (8/10) dan menewaskan lebih dari 1.300 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Israel membalas dengan membombardir sasaran Hamas di Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 1.900 orang, sebagian besar juga warga sipil dan termasuk lebih dari 600 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
“Kami, sebagai Hizbullah, berkontribusi terhadap konfrontasi dan akan (terus) berkontribusi sesuai visi dan rencana kami,” kata Qassem pada aksi protes pro-Palestina di pinggiran selatan Beirut.
“Kami sepenuhnya siap, dan ketika tiba waktunya untuk mengambil tindakan, kami akan mengambil tindakan,” ujarnya.
Pejabat tersebut, yang pernyataannya bertepatan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Iran ke Beirut, menolak seruan agar Hizbullah tidak terlibat dalam perang.
Upaya yang dilakukan “negara-negara besar, negara-negara Arab, dan utusan dari PBB, secara langsung dan tidak langsung, meminta kami untuk tidak ikut campur dalam pertempuran, tidak akan mempengaruhi kami,” katanya, seraya menambahkan: “Hizbullah tahu tugasnya.”
Israel telah saling baku tembak dengan Hizbullah dan faksi sekutu Palestina di Lebanon dalam beberapa hari terakhir.
Seorang jurnalis Reuters tewas dan enam lainnya dari AFP, Reuters dan Al Jazeera terluka di Lebanon selatan pada Jumat (13/10) ketika mereka terjebak dalam penembakan lintas batas.
Pasukan Israel mengatakan pasukannya “membalas dengan tembakan artileri ke arah wilayah Lebanon” setelah sebuah ledakan merusak penghalang perbatasan.
Angkatan Udara Israel, Sabtu (14/10), mengatakan di X, sebelumnya Twitter, bahwa pasukannya “menyerang sasaran teror Hizbullah di Lebanon selatan sebagai tanggapan atas infiltrasi objek udara tak dikenal ke Israel dan menembak” pesawat tak berawak Israel.
“IDF mencegat objek udara yang menyusup dan menembakkan drone tersebut,” tambahnya.
Di pinggiran selatan Beirut pada Jumat (13/10), lebih dari 1.000 pendukung Hizbullah berunjuk rasa ke Gaza, membawa bendera Palestina dan spanduk bertuliskan: “Semoga Tuhan melindungi Anda.”
“(Hassan) Nasrallah, serang Tel Aviv,” teriak mereka, ditujukan kepada pemimpin kelompok Muslim Syiah.
Najwa Ali, seorang pengungsi Palestina yang lahir di Beirut pada 57 tahun lalu, termasuk di antara mereka yang mengambil bagian dalam aksi solidaritas tersebut.
“Saya belum pernah melihat Palestina, tetapi ketika saya kembali ke sana suatu hari nanti, saya akan melihat dengan kepala tegak, tanpa ada tentara Israel yang memberi tahu saya ke mana harus pergi atau apa yang harus dilakukan,” katanya kepada AFP.
Pada Senin (9/10), Hizbullah mengatakan serangan Israel menewaskan tiga anggotanya, sementara pejuang Palestina mengklaim upaya infiltrasinya gagal.
Pada Selasa (10/10), Israel mengatakan pihaknya menyerang pos pengamatan Hizbullah, sementara sayap bersenjata Hamas mengklaim menembakkan roket.
Pada Rabu (11/10), Hizbullah mengatakan mereka menargetkan posisi Israel di dekat desa Dhayra, Lebanon. Tembakan balasan Israel tersebut melukai tiga orang. [ah/ft]
Tidak ada komentar