Serangan Hamas terhadap kroni utama Amerika Serikat (AS), Israel, memancing emosi yang memuncak di tempat yang lebih dikenal dengan kekuasaannya yang kuat dan tegas, yakni Gedung Putih.
Presiden Joe Biden menyampaikan sejumlah pidato dengan kata-kata tegas yang menjanjikan dukungan bagi Israel sejak serangan kelompok militan Palestina digencarkan pada Sabtu (7/10). Dan pada satu titik saat ia berpidato, Biden bahkan memukul podium dengan keras untuk menekankan maksudnya.
Seorang pejabat senior Gedung Putih juga tampak kesulitan mengontrol emosinya saat sedang membahas serangan-serangan itu dalam siaran langsung televisi. Penasihat keamanan nasional Biden mengakui bahwa krisis ini “bersifat pribadi bagi kami.”
Luapan emosi yang tidak lazim itu mencerminkan kemarahan Gedung Putih atas serangan-serangan Hamas tersebut, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang, serta hubungan jangka panjangnya dengan Israel.
Sebaliknya, Gedung Putih nyaris tak bereaksi terhadap nasib orang-orang di Gaza setelah lebih dari 1.800 orang terbunuh dalam seminggu serangan Israel.
Nyeri
Biden, yang berusia 80 tahun, telah lama menjadi pendukung setia Israel. Pada pekan ini ia menggambarkan bagaimana dia mengenal “Bibi” – panggilan akrab Perdana Menteri Benjamin Netanyahu — selama separuh hidupnya.
Hubungan keduanya sempat mendingin karena perselisihan antara kedua pemimpin terkait reformasi peradilan yang dilakukan pemerintah Israel.
Namun perselisihan tersebut kini terlupakan.
“Kamu baik-baik saja, Nak?” Biden berhenti untuk bertanya kepada salah satu peserta yang terlihat emosional dalam pertemuan meja bundar dengan para pemimpin Komunitas Yahudi AS di Gedung Putih pada Rabu (11/10).
Acara tersebut dibuka oleh Douglas Emhoff, suami Wakil Presiden Kamala Harris, yang seorang Yahudi. Ia telah memimpin serangkaian acara jangkauan masyarakat dalam menghadapi kekhawatiran akan meningkatnya sentimen anti-Yahudi atau anti-Semitisme di AS dalam beberapa tahun terakhir.
Satu momen tertentu menunjukkan perasaan mendalam Biden, yang mengatakan bahwa dia dan timnya terus bekerja pada krisis ini.
Presiden tersebut menghantamkan tangannya ke podium saat ia menjelaskan bagaimana ia telah membawa semua anaknya ke kamp konsentrasi Nazi Dachau untuk memahami kengerian Holokaus.
“Saya ingin mereka melihatnya,” katanya sambil meninggikan suaranya sehingga bergema di seluruh ruang Perjanjian India yang luas di Gedung Putih.
Di balik layar, para pejabat Gedung Putih berbicara tentang sulitnya melihat gambaran “brutal” di balik serangan Hamas.
Ketegangan tersebut diperparah oleh fakta bahwa sejumlah warga AS termasuk di antara 150 orang yang disandera. Pemerintah juga berjaga-jaga jika konflik itu berubah menjadi konfrontasi regional.
Pada Jumat (13/10), Biden berbicara dengan keluarga 14 orang AS yang hilang sejak serangan Hamas itu.
Gedung Putih tidak merilis perincian apa pun tentang pembicaraan tersebut. Namun, Dalam program gelar wicara “60 Minutes” di stasiun TV CBS, Biden mengatakan bahwa keluarga tersebut “harus tahu bahwa presiden Amerika Serikat sangat peduli dengan apa yang terjadi pada mereka.”
“Dan kami akan melakukan segala daya kami untuk membawa mereka pulang jika kami dapat menemukannya,” tukasnya.
Kerugian Manusia
Konferensi pers yang sering dilakukan di Gedung Putih menjadi lebih suram sejak serangan tersebut. Wajah-wajah tegas para pejabat sesekali tampak diliputi emosi.
Biasanya dikenal karena sikapnya yang tenang, Penasihat Keamanan Nasional Biden, Jake Sullivan, mengatakan kepada wartawan pada Selasa (10/10) bahwa ini adalah “masa yang sangat emosional bagi kita semua.”
“Saya mendengar kepedihan rekan-rekan saya ketika saya berbicara dengan mereka,” kata Sullivan, 46 tahun, di podium biru yang terkenal itu. “Ini bukan hanya soal kebijakan atau strategi — ini masalah pribadi kami.”
Ketegangan juga terlihat ketika juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby harus berhenti sejenak untuk menenangkan diri saat berbicara kepada CNN pada awal minggu.
“Maaf, permisi,” kata mantan laksamana belakang angkatan laut itu, suaranya terdengar penuh emosi. “Sangat sulit untuk melihat gambar-gambar ini — korban jiwa.”
Namun Gedung Putih kini harus menguatkan diri menghadapi krisis yang dapat menjungkirbalikkan Timur Tengah ketika Israel bersiap untuk melakukan penyerangan darat ke Gaza.
Anggota parlemen sayap kiri dari Partai Demokrat yang mendukung Biden pada Jumat (13/10) mendesaknya untuk berupaya menghindari bencana kemanusiaan di Gaza dan bersikeras bahwa hukum internasional dipatuhi ketika Israel terus melakukan pemboman sengit.
“Kita tidak bisa melupakan fakta bahwa mayoritas warga Palestina tidak ada hubungannya dengan Hamas dan serangan mengerikan yang dilakukan Hamas, dan mereka juga menderita sebagai akibatnya,” kata Biden pada Jumat (13/10).
Apakah AS yakin Israel melanggar hukum perang? Pertanyaan itu diajukan kepada Kirby pada pengarahan di Gedung Putih.
“Hal ini selalu ada dalam pikiran presiden – perlindungan jiwa warga sipil,” jawabnya. [ah/ft]
Tidak ada komentar