Israel Lancarkan Serangan Udara di Gaza, Suriah, dan Perbatasan Lebanon

HAK SUARA
23 Okt 2023 08:43
5 menit membaca

Pasukan Israel melancarkan serangan di Jalur Gaza, Suriah, dan di perbatasan dengan Lebanon pada Sabtu malam hingga Minggu (22/10). Serangan ini terjadi di tengah kekhawatiran bahwa konflik antara Israel dan kelompok militan Hamas bisa berubah menjadi perang Timur Tengah yang lebih luas.

Hamas mengatakan sedikitnya 55 orang tewas dalam serangan udara Israel yang dilakukan di Jalur Gaza, di mana Israel terus melancarkan serangan sejak operasi Hamas yang menewaskan sekitar 1.400 orang di Israel awal bulan ini.

Di Suriah, kantor berita negara SANA mengatakan rudal Israel menghantam bandara di ibu kota Damaskus dan kota utara Aleppo, sehingga merusak landasan pacu. laporan itu juga menyebut seorang pekerja bandara tewas dalam serangan itu dan satu lainnya terluka. Penerbangan telah dialihkan ke Bandara Latakia.

Pasukan Israel telah menyerang bandara Damaskus dan Aleppo beberapa kali selama setahun terakhir. Harian “Times of Israel” mengatakan Israel diyakini berupaya mencegah pengiriman senjata dari Iran ke antek-anteknya di Timur Tengah, termasuk yang paling utama, kelompok Hizbullah yang berbasis di Lebanon.

Sementara itu, pihak berwenang Israel, Minggu mengumumkan bahwa 14 komunitas Israel di dekat perbatasan Lebanon akan dievakuasi. Lokasi-lokasi tersebut telah menjadi sasaran serangan roket dan rudal dari kelompok Hizbullah dan Palestina yang didukung Iran sejak serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.

Menteri Pertahanan Amerika Lloyd Austin dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken dalam wawancara hari Minggu mengatakan bahwa Amerika prihatin dengan meluasnya perang Israel-Hamas di Timur Tengah.

Austin kepada acara “This Week” di stasiun televisi ABC mengatakan, “Kita prihatin dengan potensi eskalasi… eskalasi yang signifikan.” Namun ia mengatakan AS punya “kemampuan untuk merespons,” dan mencatat bahwa kapal perang Angkatan Laut AS telah menembak jatuh drone yang diluncurkan dari Yaman yang mungkin menuju Israel.

“Kita berhak membela diri dan kita tidak akan ragu untuk menanggapinya,” kata Austin.

Blinken pada acara “Meet the Press” di NBC, mengatakan “Kami memperkirakan ada kemungkinan eskalasi. Eskalasi yang dilakukan oleh antek-antek Iran terhadap pasukan kita, personel kita.”

“Kita mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa kita bisa membela rakyat kita secara efektif dan merespons dengan tegas jika diperlukan,” kata diplomat terkemuka AS tersebut. “Ini bukan yang kita inginkan, bukan yang kita cari. Kita tidak menginginkan eskalasi. Kita tidak ingin melihat front kedua atau ketiga berkembang. Kita tidak ingin melihat pasukan kita, atau personel kita diserang. Namun jika itu terjadi, kita siap menghadapinya.”

Blinken mengatakan AS, sambil memperingatkan Hizbullah agar tidak memperluas pertempuran melawan Israel dari Lebanon, telah “mengerahkan aset [militer] yang sangat signifikan ke wilayah tersebut, dua kelompok kapal tempur induk, bukan untuk memprovokasi, namun untuk menghalangi, untuk memperjelas bahwa jika ada yang mencoba melakukan apa pun, kita di sana.”

Jet tempur Israel menyerang sasaran Hizbullah di Lebanon pada hari Sabtu. Hizbullah mengatakan bahwa enam pejuangnya tewas pada hari Sabtu di perbatasan, sehingga menambah jumlah pejuangnya yang terbunuh menjadi 19 orang dalam dua minggu terakhir.

Militer Israel mengatakan salah satu tentaranya di perbatasan terkena rudal anti-tank dan terluka parah.

Pertempuran di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel adalah yang terburuk sejak perang tahun 2006 antara Israel dan Hizbullah.

Juga pada hari Sabtu, Israel mengatakan pesawatnya menyerang sebuah kompleks di bawah sebuah masjid di Tepi Barat, tempat anggota Hamas dan Jihad Islam Palestina merencanakan “serangan teror yang akan segera terjadi.”

WAFA, kantor berita resmi Otoritas Palestina, mengatakan setidaknya satu orang tewas dalam serangan itu dan beberapa lainnya terluka di kompleks di bawah Masjid al-Ansar di kamp pengungsi Jenin.

Serangan udara Israel itu setidaknya merupakan yang kedua dalam beberapa hari terakhir yang menghantam Tepi Barat yang diduduki. Wilayah itu merupakan tempat kekerasan antara pemukim Yahudi dan warga Palestina, yang meningkat sejak kelompok bersenjata Hamas dari Gaza melakukan serangan mematikan mereka pada 7 Oktober di Israel.

Israel telah menempatkan sekitar 300.000 personel militer di sekitar Jalur Gaza dan mengancam akan melakukan invasi.

Ketika ditanya tentang rencana invasi pada hari Sabtu, Laksamana Muda Israel Daniel Hagari kepada wartawan mengatakan Israel akan meningkatkan serangannya di Gaza utara untuk mempersiapkan tahap perang berikutnya.

KTT Kairo

Pertemuan puncak yang diselenggarakan di Mesir pada hari Sabtu gagal mencapai kesepakatan tentang cara membendung kekerasan antara Israel dan Hamas. Para pemimpin Arab mengutuk pemboman Israel di Gaza sementara sebagian besar negara-negara Barat mengatakan warga sipil harus dilindungi. Israel tidak hadir, sementara kantor berita Reuters melaporkan bahwa AS mengirimkan kuasa usaha yang tidak berpidato pada pertemuan tersebut.

Pada pertemuan puncak di Kairo, Raja Yordania Abdullah mengecam apa yang disebutnya keheningan global mengenai serangan Israel. Serangan itu telah menewaskan lebih dari 4.000 orang di Gaza, kata Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Sabtu, dan menyebabkan lebih dari 1 juta orang kehilangan tempat tinggal.

Ia mendesak pendekatan yang adil terhadap konflik Israel-Palestina.

Bantuan terbatas tiba

Jalur penyeberangan Rafah antara Jalur Gaza dan Mesir dibuka pada hari Sabtu untuk pertama kalinya sejak serangan Hamas pada 7 Oktober. Konvoi sekitar 20 truk mengantarkan makanan, air, obat-obatan, dan kebutuhan lainnya kepada warga Gaza.

Cindy McCain, direktur eksekutif Program Pangan Dunia PBB, kepada ABC mengatakan bahwa 17 truk lagi yang memuat bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza pada hari Minggu dan 40 truk lagi diperkirakan akan tiba pada hari Senin, namun kebutuhan akan lebih banyak bantuan sangat besar.

Para pejabat Palestina menyatakan kekecewaannya karena Gaza tidak menerima pasokan bahan bakar.

“Tidak termasuknya bahan bakar dari bantuan kemanusiaan berarti nyawa pasien dan korban luka akan tetap dalam risiko. Rumah sakit di Gaza kehabisan kebutuhan dasar untuk melakukan intervensi medis,” kata Kementerian Kesehatan Gaza, seraya menambahkan bahwa bantuan tersebut hanya 3% dari total bantuan kemanusiaan yang biasa diterima di Gaza sebelum krisis.

PBB telah menekan Israel dan Mesir untuk mengizinkan bantuan mengalir dengan bebas ke Gaza, di mana ratusan ribu orang membutuhkan bantuan setelah dua minggu pemboman dan blokade ketat terhadap makanan dan bahan bakar oleh Israel.

PBB mengatakan bantuan tersebut akan diterima dan didistribusikan oleh Bulan Sabit Merah Palestina, dengan persetujuan Hamas, yang menguasai Gaza. [my/jm]

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x