OPINI—TB (Tuberkulosis) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TB merupakan salah satu penyakit menular dan mematikan yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang organ paru manusia dan dapat pula menyerang organ selain paru atau disebut TB ekstra paru.
Berdasarkan data dari WHO Global TB Report, ada 834.000 kasus baru di Indonesia pada 2010 dan meningkat menjadi 842.000 di tahun 2019 dan puncaknya mencapai 1.060.000 kasus pada tahun 2022.
Dilansir dari Republika.co.id Prof.Dr.dr Erlina Burhan,SpP(k), M.Sc menyampaikan bahwa dalam setahun ada 140.700 angka mortalitas yang berarti dalam sehari terdapat 385 pasien meninggal atau 16 orang meninggal setiap jamnya karena TB.
Sesungguhnya permasalahan TB terus mengalami peningkatan disebabkan belum optimalnya temuan kasus baru yang menyebabkan sumber penularan tetap ada ditambah lagi dengan rendahnya kepatuhan pasien TB dalam pengobatan yang menyebabkan peningkatan risiko TB resisten obat.
Selain itu di bidang sosio-ekonomi pasien TB menghadapi diskriminasi dan stigma negatif sehingga menambah ketidakinginan pasien dengan batuk lama dan menunjukkan gejala TB untuk memeriksakan diri.
Secara global setengah dari total jumlah penderita TB juga mengalami gangguan pendapatan akibat 50 persen pasien TB dan keluarganya menghadapi pengeluran hingga lebih dari 20 persen yang meliputi pengeluaran biaya medis langsung, biaya non medis dan biaya tidak langsung akibat sulitnya kases dalam bekerja.
Di Indonesia sendiri biaya pengobatan ditanggung pemerintah, namun jarak yang jauh menuju fasilitas kesehatan juga menjadi masalah yang cukup serius sebab mereka tetap harus mengeluarkan biaya untuk keperluan transportasi untuk menjangkau fasilitas kesehatan tersebut.
Penyakit TB ini sebenarnya dapat dicegah dan disembuhkan. Penyakit ini menular melalui udara sebagai medianya. TB dapat menular dengan mudah melalui droplet yang terbawa ke udara dan orang yang kontak langsung dengan pengidaplah yang berisiko tinggi untuk tertular TB.
Apalagi tingkat kesadaran masyarakat terhadap gejala TB masih rendah sebab masih banyak masyarakat yang belum memahami gejala umum TB yaitu batuk berkepanjangan hingga 14 hari atau lebih, berkeringat di malam hari, demam, dan penurunan berat badan.
Akibat ketidakpahaman ini, banyak yang beranggapan bahwa batuk yang dialaminya merupakan batuk biasa yang dapat disembuhkan dengan obat batuk yang dapat dibeli bebas.
Jika telah terdiagnosa TB, pengobatan TB memerlukan waktu yang tidak sedikit yaitu sekitar 6 bulan bahkan hingga 12 bulan secara tuntas yang jika penderita TB melakukan penghentian konsumsi obat sebelum waktu tersebut akan berdampak pada infeksi berulang dari Mycobacterium tuberculosis sehingga support dari keluarga sangat diperlukan sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) dari pasien tersebut.
Tantangan dalam pencegahan dan eliminasi TB dilakukan dengan 3 pilar utama yaitu pelayanan dan pencegahan TB yang terintegrasi dan berpusat pada pasein, kebijakan dan komitmen politik dalam sektor Kesehatan untuk eliminasi TB di Indonesia serta penelitian dan inovasi terkait pencegahan dan penanganan TB.
Hanya saja program ini akan sulit tercapai jika belum ada kesadaran dari individu, masyarakat dan negara dalam mengoptimalkan program tersebut. Sehingga kasus TB di Indonesia masih menjadi ancaman serius di Indonesia.
Upaya eliminasi TB tetap dilakukan namun ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap Upaya eliminasi TB. Tentu saja dibutuhkan solusi mendasar atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap penularan penyakit TB, di antaranya adalah kemiskinan dengan segala dampaknya seperti rumah tidak sehat, gizi buruk, hygiene dan sanitasi termasuk riset metode pengobatan dan pencegahan yang efektif.
Terwujudnya masayarakat sehat adalah tanggung jawab negara, termasuk eliminasi TB. Dalam Islam, pemerintah wajib melakukan upaya secara serius untuk melakukan pencegahan dan eliminasi TB secara komprehensif dan efektif.
Islam mewajibkan negara untuk menjamin kesejahteraan rakyat termasuk penyediaan rumah sehat bagi rakyat dan terpenuhinya gizi masyarakat sebagai upaya pencegahan penyakit menular, termasuk mendukung riset untuk menemukan pencegahan dan pengobatan yang efektif. Juga mengedukasi masyarakat tentang bahaya penyakit dan upaya pencegahannya. Wallahu a’lam. (*)
Penulis:
dr. Airah Amir
(Dokter dan Pemerhati Kesehatan Masyarakat)
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.
Tidak ada komentar