FAJAR.CO.ID, MAKASSAR– Sikap yang ditunjukkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarganya dinilai sebagai bentuk penghianatan. Padahal, mereka dibesarkan oleh PDIP.
Pengamat politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Ali Armunanto, menilai sikap Jokowi dinilai sebagai bentuk pengkhianatan kepada PDIP. Hanya saja, dalam konteks politik semuanya bisa saja terjadi dan keadaan sepertiini sah-sah saja adanya.
“Tetapi dalam politik, tentu tindakan yang diambil bukan berbasis etika, tetapi rasionalitas. Kondisi sekarang memang sangat rasional bagi Jokowi untuk mendukung Prabowo, dengan kekuatan-kekuatan besar itu,” bebernya, Minggu, 22 Oktober.
Menurutnya, diusungnya Gibran sebagai pasangan Prabowo dinilai jelas mempertontonkan ketidakharmonisan hubungan antara Megawati dan Jokowi. Bahkan kata dia, PDIP tidak mau frontal karena masih butuh Jokowi di kubunya.
”Ini sudah jelas (ada konflik) sejak beberapa hari. Cuma PDIP tidak berani membuang atau melepas ikatan langsung dengan Jokowi. Karena mereka juga butuh. Imagenya Jokowi sebagai penarik suara bagi masyarakat,” jelasnya.
Ini bukan tanpa alasan. Sebab jika PDIP blak-blakan menggaungkan hubungan mereka dengan Jokowi renggang atau bahkan rusak, maka potensi pemilih dari pendukung Jokowi akan lari. Sehingga, dalam kondisi saat ini posisi Jokowi sangat menentukan.
”Kalaupun Projo mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo, PDIP masih bisa menggunakan popularitas Jokowi. Tetapi kalau hubungan PDIP dan Jokowi terputus, maka pemilih Jokowi akan berpindah ke Koalisi Indonesia Maju (KIM),” ungkapnya.
Tidak ada komentar