Jurnalis Reuters Tewas dalam Serangan Roket Israel di Lebanon, 6 Luka

HAK SUARA
14 Okt 2023 22:04
3 menit membaca

Seorang wartawan kantor berita Reuters tewas pada Jumat (13/10) dan enam wartawan lainnya dari kantor berita Reuters, AFP, dan Al Jazeera terluka ketika sedang meliput di selatan Lebanon. Kabar itu diumumkan oleh ketiga kantor berita itu.

Satu dari dua koresponden AFP yang cedera menuturkan, sekelompok wartawan dari berbagai media itu sedang berada di dekat Desa Alma al-Shaab, dekat dengan perbatasan Israel, ketika serangan roket lintas-batas terjadi.

Seorang sumber keamanan Lebanon mengatakan kepada AFP bahwa serangan roket awal dari Israel disusul dengan upaya penyusupan oleh faksi Palestina dari pihak Lebanon di sisi perbatasan lainnya.

“Kami sangat berduka mengetahui bahwa wartawan video kami, Issam Abdallah, sudah terbunuh,” kata Reuters dalam pernyataannya. Kantor berita itu menambahkan bahwa Abdallah adalah “bagian dari kru Reuters di selatan Lebanon.”

Fotografer AFP Christina Assi, dan jurnalis video AFP Dylan Collins juga sedang meliput di tempat yang sama. Mereka dilarikan ke rumah sakit di Kota Tirus, Lebanon untuk mendapat perawatan.

Dua reporter Reuters lainnya, “Thaer Al-Sudani dan Maher Nazeh juga mengalami cedera dan sedang mencari perawatan medis,” kata Reuters, sambil menambahkan pihaknya sedang mencari lebih banyak informasi segera.

Al Jazeera mengatakan dua wartawan mereka ada di antara sejumlah korban cedera dan menuding “Israel atas pengeboman kendaraan mereka.” Kedua wartawan itu diidentifikasi sebagai Carmen Joukhadar dan Elie Brakhya.

“Kami sangat prihatin bahwa sekelompok jurnalis yang dengan sangat jelas teridentifikasi telah terbunuh dan terluka saat melaksanakan tugas mereka,” kata Direktur Pemberitaan Global AFP, Phil Chetwynd.

“Kami menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada rekan-rekan kami di Reuters atas wafatnya Issam dan kami semua menarik rekan-rekan kami yang cedera di rumah sakit.”

Harus dihentikan

Koresponden AFP melaporkan serangan roket menarget desa Dhayra, Alma al-Shaab dan Adaysseh. Asap membubung dari wilayah tersebut.

Militer Israel mengatakan dalam pernyataannya tak lama sebelum para wartawan itu tertembak: “Beberapa saat yang lalu, sebuah ledakan terjadi di pagar perbatasan di Hanita (Galilea Barat.” Militer merujuk pada sebuah titik di Israel yang terletak hanya di seberang perbatsan Alma al-Shaab.

“Dinding (perbatasan) mengalami kerusakan ringan. Sebagai tanggapan, pasukan IDF (militer Israel) sedang merespons dengan menembakkan artileri ke arah wilayah Lebanon.”

Kelompok Hizbullah yang didukung oleh Iran mengatakan pihaknya membalas dengan menembak ke arah sejumlah posisi di Israel.

Juru bicara Pemerintah Israel mengatakan melalui platform X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, bahwa pesawat militer yang dikendalikan dari jarak jauh sedang menyerang target-target Hizbullah.

Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon (The United Nations Interim Force in Lebanon/UNIFIL) mengatakan pihaknya “sudah berkomunikasi secara aktif dengan pihak berwenang dari kedua sisi Garis Biru untuk menurunkan ketegangan.”

Garis demarkasi PBB dibuat ketika pasukan Israel mundur dari selatan Lebanon pada 2000 setelah 22 tahun menduduki wilayah itu.

Lebanon dan Israel secara teknis masih berperang. Pasukan perdamaian PBB sudah dikerahkan di Lebanon sejak 1978.

Target langsung

Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan pasukan Israel “menarget langsung para wartawan sebagai bagian dari serangan mereka terhadap wilayah Lebanon.”

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan “belasungkawa mendalam” kepada keluarga jurnalis Reuters Abdallah dan wartawan lainnya yang terbunuh saat menjalankan tugas.

“Saya ingin mengatakan betapa hal ini menunjukkan risiko yang luar biasa dari merembetnya konflik ini, terutama kaitannya dengan Lebanon,” kata Guterres merujuk pada konflik Israel-Hamas.

Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan melalui X: “Hati kami bersama keluarga para jurnalis yang kehilangan nyawa dan mereka yang menderita luka-luka di Lebanon. Para jurnalis melakukan pekerjaan penting untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada masyarakat, seringkali dalam kondisi berbahaya.” [ft/pp]

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x