Kapal penelitian China Shi Yan 6 tiba di Sri Lanka pada hari Rabu (25/10), setahun setelah kunjungan serupa oleh kapal pelacak antariksa China yang menimbulkan kekhawatiran keamanan dari negara tetangganya, India.
New Delhi curiga terhadap meningkatnya kehadiran China di Samudera Hindia dan pengaruhnya di Sri Lanka, yang secara strategis terletak di tengah-tengah rute pelayaran internasional utama timur-barat.
Kapal sepanjang 90 meter itu terlihat memasuki pelabuhan Kolombo pada Rabu sore.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Sri Lanka mengatakan kapal tersebut telah diizinkan berlabuh di kota tersebut, di mana sebuah perusahaan milik pemerintah China mengoperasikan terminal peti kemas laut dalam.
“Izin telah diberikan bagi kapal tersebut untuk datang ke Kolombo untuk mengisi bahan bakar dan kebutuhan lainnya,” kata juru bicara tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, kepada AFP.
Belum ada komentar langsung dari misi diplomatik China atau India di Sri Lanka.
Stasiun penyiaran pemerintah China, CGTN, menyebut Shi Yan 6 sebagai “kapal penelitian ilmiah” dengan awak 60 orang untuk melakukan uji oseanografi, geologi, dan ekologi kelautan.
Kementerian Luar Negeri Sri Lanka tidak mengatakan berapa lama kapal tersebut akan tetap berlabuh di Kolombo.
Tahun lalu, India menyatakan keprihatinannya atas kunjungan ke pelabuhan yang sama oleh kapal penelitian China Yuan Wang 5, yang berspesialisasi dalam pelacakan antariksa dan yang oleh New Delhi digambarkan sebagai kapal mata-mata.
Kapal ini berlabuh di Hambantota, sebuah pelabuhan di selatan Sri Lanka yang kini disewa selama 99 tahun oleh perusahaan China yang membangunnya setelah Kolombo tidak mampu membayar pinjaman sebesar $1,4 miliar yang diambil untuk proyek tersebut.
Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya sebesar $46 miliar pada tahun lalu akibat krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang sebagian disebabkan oleh pinjaman China yang digunakan untuk membangun proyek infrastruktur antara tahun 2005 dan 2015.
China memiliki 52 persen utang bilateral Sri Lanka, dan persetujuan Beijing sangat penting bagi upaya apa pun yang dilakukan Kolombo untuk merestrukturisasi utangnya.
Presiden Ranil Wickremesinghe menghadiri forum Beijing pekan lalu untuk program infrastruktur global Inisiatif Sabuk dan Jalan China yang bernilai miliaran dolar. [ab/uh]
Tidak ada komentar