Kasus DBD Mengancam Keselamatan Generasi

HAK SUARA
16 Feb 2024 15:43
Ragam 0 156
4 menit membaca

OPINI—Demam Berdarah atau DBD adalah penyakit langganan yang selalu muncul biasanya di musim penghujan. Sebab Hujan deras meninggalkan banyak genangan air yang menjadi tempat ideal bagi perkembangan nyamuk Aedes Aegypti, vektor penyakit DBD, ketika terpapar sinar matahari yang panas.

Ada pernyataan yang menyebutkan seakan menyalahkan cuaca timbulnya penyakit DBD. Secara tidak langsung menyalahkan Pencipta. Padahal seyogyanya penyakit DBD ini bisa dicegah dan diatasi. Bahkan harus segera diatasi karena korban yang meninggal semakin banyak dan fokus menjadi pembahasan adalah korban yang meninggal adalah anak-anak.

Peningkatan jumlah kasus DBD terjadi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dari Desember 2023 jumlah pasien DBD 19 orang, tetapi di awal Januari 2024, jumlah pasien DBD melonjak hingga 32 orang. Pasien yang dirawat sebagian besar anak-anak dengan rentang usia 5 hingga 13 tahun, pihak rumah sakit sendiri telah menyiapkan 3 dokter spesialis anak, dan 3 dokter spesialis penyakit dalam sebagai upaya menangani pasien DBD (kompas. tv 05/02/23).

Daerah lain juga demikian, Kabupaten Klaten melaporkan kasus kematian akibat demam berdarah dengue (DBD). Saat ini tercatat dua anak dilaporkan meninggal dunia. “Ini ada tambahan meninggal satu kasus. Kejadiannya kalau tidak hari Sabtu atau Jumat kemarin (Minggu ke 6),” kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Klaten, Anggit Budiarto (detik.com 12/2/2024). Kembali yang menjadi korban meninggal adalah usia anak-anak, usia dimana masih dalam proses tumbuh kembang.

Pertumbuhan anak yang menjadi generasi menjadi perhatian, banyaknya kasus DBD ini anak menjadi menjadi korban. Sangat dibutuhkan evaluasi bagi semua terkhusus negara dalam hal ini yang memiliki tanggung jawab besar dengan kebijakannya untuk mengantisipasi, bukan dengan mengkambinghitamkan cuaca ekstrem.

Memang benar karena hujan deras akhirnya banyak genangan air dan ketika panas terik nyamuk penyebab DBD akan mudah berkembangbiak. Tidak cukup sampai disitu membahas sebagai faktor, hujan adalah kejadian alami alam yang diciptakan Allah.

Salah satu pencegahan dengan melakukan PSN 3M, yaitu Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan air dan Mendaur ulang barang yang memiliki potensi untuk dijadikan sarang nyamuk Aedes aegypti.

Hal ini butuh kesadaran masyarakat dengan peran negara dalam menyadarkan. Pembersihan tempat-tempat yang bisa membuat ada genangan air yang harus ditiadakan agar tidak memicu tempat bertelur nyamuk Aedes Aegypti.

Namun pada faktanya rumah layak huni saja masih banyak masyarakat belum memiliki. sehingga lingkungan rumah dan sekitar rumah akan terabaikan. Sekolah juga menjadi tempat yang rentan anak-anak digigit nyamuk karena aktif menggigit di pagi dan sore hari, sehingga sekolah juga tidak luput harus selalu dalam keadaan bersih.

Selain itu para generasi harus tercukupi gizi dalam makanan agar mampu menguatkan imun, sehingga tidak cukup hanya mengandalkan vaksin. Gizi ini tidak mampu terpenuhi jika rakyat perekonomian memprihatinkan. Terakhir sistem kesehatan yang juga tidak mampu memberikan harapan kebijakan dalam hal. kesehatan tidak mumpuni memihak kemaslahatan rakyat secara menyeluruh.

Semua hal tersebut akar masalah kembali kepada kebijakan sistem yang mengatur, rumah layak huni yang seharusnya diberikan oleh negara ketika rakyat membutuhkan, pada faktanya hanya sibuk memihak pengusaha dan orang tertentu dalam pembangunan infrastruktur sehingga terjadi jual-beli yang nilainya tinggi tidak mampu dijangkau oleh masyarakat.

Gizi yang cukup tidak mampu didapatkan karena kebijakan ekonomi kapitalis juga hanya mementingkan penguasa dan pengusaha mengabaikan masyarakat secara menyeluruh. Serta sistem kesehatan hanya mampu dirasakan oleh orang-orang tertentu yang mampu, fasilitas, pelayanan dan dokter ahli seakan tidak untuk rakyat miskin.

Menyimpulkan kebijakan sistem kapitalis yang demikian tentunya sistem ini yang harus diubah dengan sistem yang paripurna. Sistem yang mengembalikan semua pada kemaslahatan masyarakat secara menyeluruh tanpa terkecuali.

DBD adalah penyakit yang dapat dicegah dengan beberapa langkah yang harus dilakukan secara terpadu, sistem Islam yang mampu merealisasikan. Kesadaran akan adanya pencegahan harus dipahami sejak dini, hal itu akan diberikan edukasi langsung oleh negara sehingga terwujud ketakwaan individu diikuti dengan kesadaran.

Sistem yang kuat ini akan mengantisipasi, memberikan pemenuhan kebutuhan bagi rakyat dari sandang, pangan, papan bahkan ditambah dengan pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Rumah layak huni, lingkungan bersih akan mudah didapatkan.

Sistem kesehatan dalam hak pelayanan, fasilitas, dan negara akan memfasilitasi kebutuhan tersebut, karena kebutuhan akan layanan kesehatan bersifat mutlak. Negara dengan sistem Islam menyiapkan mekanisme akses RS dengan cara yang kuat dan tepat dan gratis.

Negara tidak boleh membebani rakyatnya untuk membayar kebutuhan layanan kesehatannya. Ketentuan ini didasarkan pada Hadis Nabi saw., sebagaimana penuturan Jabir ra.:

بَعَثَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أُبَيْ بِنْ كَعَبْ طَبِيْبًا فَقَطَعَ مِنْهُ عِرْقًا ثُمَّ كَوَّاهُ عَلَيْهِ

Rasulullah saw. pernah mengirim seorang dokter kepada Ubay bin Kaab (yang sedang sakit). Dokter itu memotong salah satu urat Ubay bin Kaab lalu melakukan kay (pengecosan dengan besi panas) pada urat itu(HR Abu Dawud).

Dalam hadis tersebut, Rasulullah saw., yang bertindak sebagai kepala negara Islam, telah menjamin kesehatan rakyatnya secara cuma-cuma, dengan cara mengirimkan dokter kepada rakyatnya yang sakit tanpa memungut biaya dari rakyatnya itu (Taqiyuddin An Nabhani, Muqaddimah ad-Dustûr, II/143). Wallahu a’lam bi shawab. (*)

 

Penulis:
Sri Rahmayani, S.Kom
(Aktivis Pemerhati Perempuan dan Generasi)

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x