Kejahatan Teknologi Informasi Menyasar Generasi

HAK SUARA
27 Jan 2024 19:43
Ragam 0 110
4 menit membaca

OPINI—Perkembangan teknologi terus mengalami peningkatan dari masa ke masa, perkembangan ini tentunya membawa hal positif sekaligus negatif jika tidak bijak dalam penggunaan.

Kebijakan penggunaan dapat ditemukan dari pengguna itu sendiri, orang yang menyaksikan bahkan negara sebagai penentu kebijakan dalam pengaturan penggunaan. Hal positif banyak ditemukan dimana yang utama adalah mempermudah kinerja manusia, sementara hal negatif lebih banyak lagi justru merugikan banyak hal.

Teknologi dalam bidang informasi biasa disebut cyber. AI hampir pasti meningkatkan volume dan dampak serangan siber dalam dua tahun ke depan. Namun dampaknya pada ancaman siber tidak akan merata (cnbcindonesia.com Rabu 24/1/2024). Penipuan siber akan sering terjadi tahun ini.

Peringatan ini masuk dalam laporan National Cyber Security Center (NCSC) yang merupakan bagian dari badan intelijen GCHQ Inggris. Tools (AI) akan menyebabkan peningkatan serangan siber dan membuat hambatan mengalami penurunan dan memudahkan peretas untuk masuk dalam sistem.

Kejahatan Teknologi khususnya dalam cyber mengancam segala usia yang sering berinteraksi dengan gadget. Kejahatan itu wujudnya berbagai rupa mengintai dari anak-anak hingga orang dewasa. Menurut penelitian PBB, sekitar 80 persen anak muda mengaku berinteraksi dengan AI beberapa kali sehari (cnnindonesia.com 24/01/24).

Berkembangnya AI, banyak aplikasi yang kurang dikenal bermunculan dengan fitur yang terlihat tidak berbahaya, seperti mengedit dan memodifikasi foto sehingga foto yang diunggah bisa saja disalahgunakan. Aplikasi AI yang lain yaitu game, hacker Sasar Gamer Muda.

Pertama, penjahat siber mendapatkan kepercayaan dari gamer muda dengan memikat mereka lewat hadiah atau janji. Begitu mendapatkan kepercayaan, mereka mendapatkan informasi pribadi para gamer muda melalui ajakan untuk mengeklik tautan phishing, dan mengunduh file berbahaya yang menyamar sebagai mod permainan untuk Minecraft atau Fortnite.

Ancaman Baru di Dunia Fintech Saat ini sudah banyak bank yang menyediakan produk dan layanan khusus anak-anak, termasuk kartu perbankan yang dirancang untuk mereka berusia 12 tahun.

Dengan menggunakan teknik rekayasa sosial, penjahat siber dapat mengeksploitasi kepercayaan anak- anak dengan menyamar sebagai teman sebaya dan meminta pembagian rincian kartu atau transfer uang ke rekening mereka. Hal ini membuka peluang bagi anak-anak dapat menjadi alat bagi penjahat dunia maya dalam melakukan serangan.

Misalnya, jika perangkat pintar menjadi alat pengawasan dan seorang anak sendirian di rumah, penjahat maya dapat menghubungi mereka melalui perangkat tersebut dan meminta informasi sensitif seperti nama, alamat, dan waktu, ketika orang tuanya tidak ada di rumah, bahkan nomor kartu kredit orang tuanya.

Teknologi dibutuhkan manusia untuk kehidupan yang lebih baik. Perkembangan teknologi diciptakan untuk mempermudah. Namun penguasaan teknologi tanpa pijakan yang shahih akan mengantarkan kejahatan dan kecurangan yang membawa bencana bagi rakyat khususnya generasi.

Hal ini adalah suatu yang sah saja dalam sistem kapitalis, sistem rusak dan merusak yang tidak melihat kebaikan bagi seluruh masyarakat. Sistem inilah yang menyebabkan pemanfaatan teknologi untuk kejahatan, sehingga negara abai dalam membina keimanan dan kepribadian generasi.

Melihat sisi lain, menunjukkan ketidakseriusan negara dalam menghadapi dan menyelesaikan kejahatan ini. Sungguh miris Negara justru kalah dengan penjahat, menunjukkan lemahnya sistem sanksi yang diberlakukan negara yang akhirnya bisa disimpulkan kegagalan negara dalam mensejahterakan generasi.

Butuh ada sistem yang benar yang lebih memihak kepentingan rakyat perindividu. Mampu mengembalikan fungsi negara pada tempatnya. Sistem itu mampu ditemukan dalam Islam, menjadikan Negara sepaket pemimpin yang amanah sebagai pengurus dan pelindung. Sebagaimana disampaikan dalam hadis.

Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, di mana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin.” (HR Muslim).

Termasuk dalam membentuk kepribadian generasi, dalam sistem Islam generasi dibina dengan ilmu Islam sehingga mampu membedakan hal yang baik dan buruk. Negara menjaga agar penggunaan teknologi mampu untuk menjadi solusi, berkembang berangkat dari kebutuhan mayoritas.

Karena itu mayoritas teknologi yang ada bermanfaat untuk kesejahteraan. Belajar apar para insinyur Muslim merintis berbagai teknologi terkait dengan air, baik untuk menaikkannya ke sistem irigasi, atau menggunakannya untuk menjalankan mesin giling.

Dengan mesin ini, setiap penggilingan di Baghdad abad 10 sudah mampu menghasilkan 10 ton gandum setiap hari. Pada 1206 al-Jazari menemukan berbagai variasi mesin air yang bekerja otomatis. Berbagai elemen mesin buatannya ini tetap aktual hingga sekarang, ketika mesin digerakkan dengan uap atau listrik.

Negara juga membangun sistem perlindungan yang kuat baik untuk keamanan data maupun keselamatan. Perkembangan teknologi dimanfaatkan untuk melindungi data, sehingga tidak dengan mudah bocor dengan penjagaan dari diberlakukan sistem sanksi. Sehingga ketika ada oknum yang membocorkan akan dikenakan sanksi yang bersifat jera. Wallahua’lam bi shawab. (*)

 

Sri Rahmayani, S.Kom
(Aktivis Pemerhati Generasi)

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

Kerlas Kerja

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x
x