Kelangkaan BBM Ancam Hambat Bantuan ke Jalur Gaza

HAK SUARA
24 Okt 2023 10:44
3 menit membaca

Bantuan kemanusiaan terus mengalir ke Jalur Gaza pada Senin (23/10) ketika 20 truk bantuan lagi memasuki wilayah itu. Tetapi kurangnya BBM untuk pengiriman bantuan ke lokasi-lokasi yang membutuhkan, berpotensi menghentikan operasi kemanusiaan bagi lebih dari dua juta warga Palestina yang terkepung menunggu bantuan.

“Pengiriman bantuan yang masuk ke Jalur Gaza belum mencakup bahan bakar,” ujar juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada para wartawan. “Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan kepada kami bahwa cadangan bahan bakar mereka di Gaza akan habis dalam beberapa hari mendatang.”

Ia menambahkan bahwa truk-truk pembawa bahan bakar sedang menunggu di sisi Mesir di penyeberangan perbatasan Rafah, namun ia tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa truk-truk tersebut tidak menjadi bagian dari tiga konvoi kecil yang telah memasuki Gaza sejak hari Sabtu (21/10) lalu.

“Saya tidak ingin membahas semua detailnya,” kata Dujarric. “Yang bisa saya katakan adalah kami ingin memasukkan bahan bakar. Kami belum bisa menyingkirkan semua rintangan yang ada agar bahan bakar bisa masuk.”

Bahan bakar untuk rumah sakit

Bahan bakar tersebut diperuntukkan bagi operasi UNRWA, yang menjadi lembaga pemasok bantuan terbesar di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas. Sebanyak 13.000 staf UNRWA, yang sebagian besar adalah warga Palestina, masih terus membantu lebih dari setengah juta warga Palestina yang mengungsi, namun mereka telah memperingatkan bahwa persediaan bahan bakar mereka semakin menipis.

“Tanpa bahan bakar, tidak akan ada air, tidak akan ada rumah sakit dan pabrik roti yang berfungsi,” kata Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal UNRWA pada hari Minggu (22/10). “Tanpa bahan bakar, bantuan tidak akan menjangkau banyak warga sipil yang sangat membutuhkan. Tanpa bahan bakar, tidak akan ada bantuan kemanusiaan.”

Serangan udara Israel di Gaza telah menimbulkan korban jiwa yang sangat besar bagi UNRWA. Badan itu pada hari Senin mengonfirmasi bahwa 35 stafnya telah tewas sejak Israel melancarkan serangan militernya sebagai tanggapan atas serangan teror Hamas pada tanggal 7 Oktober yang menewaskan 1.400 orang di Israel. Sebanyak 40 fasilitas UNRWA, yang sebagian di antaranya menampung para pengungsi, telah hancur. Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan 5.087 warga Palestina telah terbunuh sejak 7 Oktober, 40 persen di antaranya adalah anak-anak.

Israel mengepung Gaza setelah serangan Hamas. Selama dua minggu, tidak ada makanan, air atau pasokan medis yang diizinkan masuk. Setelah melakukan perundingan internasional selama berhari-hari, 20 truk pertama mendapat lampu hijau untuk masuk ke Gaza pada hari Sabtu lalu. Empat belas truk lainnya bergerak pada hari Minggu. Pengiriman pada hari Senin menjadikan jumlah total truk yang membawa pasokan bantuan ke Gaza menjadi 54 truk, dibandingkan dengan sekitar 450 truk sehari sebelum krisis.

Dujarric mengatakan ketika Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengunjungi penyeberangan perbatasan Rafah pada hari Jumat (20/10), ia melihat sekitar 220 truk bantuan menunggu izin untuk menyeberang dari sisi Mesir.

Meskipun masuknya pasokan ke Gaza telah disambut baik, PBB mengatakan hal itu tidak cukup. Guterres telah menyerukan operasi bantuan besar-besaran dan berkelanjutan. [em/lt]

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x