Militer Korea Selatan, AS, dan Jepang melakukan latihan udara trilateral pertamanya pada hari Minggu (22/10) sebagai tanggapan terhadap berkembangnya ancaman nuklir Korea Utara, kata angkatan udara Korea Selatan.
Pelatihan yang diadakan di dekat Semenanjung Korea ini bertujuan untuk mengimplementasikan perjanjian ketiga negara sebelumnya. Ketiga negara ini ingin meningkatkan kerja sama pertahanan dan kemampuan respons bersama terhadap ancaman Korea Utara, kata angkatan udara negara itu dalam sebuah pernyataan.
Latihan tersebut melibatkan pembom B-52 berkemampuan nuklir dari Amerika dan jet tempur dari Korea Selatan dan Jepang, kata pernyataan itu.
Korea Selatan dan Jepang adalah sekutu utama Amerika di Asia, yang bersama-sama menampung sekitar 80.000 tentara Amerika.
Ketiga negara ini secara berkala mengadakan latihan maritim trilateral, seperti latihan anti-kapal selam atau pertahanan rudal, namun pelatihan pada hari Minggu menandai pertama kalinya Jepang, AS dan Korea Selatan melakukan latihan udara trilateral.
Di Korea Selatan, memperluas latihan militer dengan Jepang merupakan isu yang sensitif, karena masih banyak pihak yang menyimpan kebencian yang kuat terhadap pemerintahan kolonial Jepang yang brutal pada tahun 1910-1945 di Semenanjung Korea. Namun kemajuan program nuklir Korea Utara telah mendorong presiden konservatif Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, untuk mengatasi perselisihan lama dengan Jepang dan meningkatkan kerja sama keamanan trilateral dengan Amerika dan Jepang.
Pada bulan Agustus, Yoon, Presiden AS Joe Biden, dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bertemu di Camp David dalam pertemuan puncak trilateral pertama dan sepakat untuk
meningkatkan kerja sama pertahanan mereka untuk menghadapi ancaman nuklir Korea Utara. Ketiga pemimpin itu memutuskan untuk mengadakan latihan trilateral tahunan dan pada akhir tahun dan mulai melaksanakan pembagian data peringatan rudal secara real-time di Korea Utara.
Latihan pada hari Minggu ini bisa menimbulkan tanggapan marah dari Korea Utara, yang telah lama marah atas latihan AS dengan Korea Selatan, dan menyebutnya sebagai latihan invasi dan membalasnya dengan uji coba rudal. Korea Utara mengecam perjanjian Camp David, dan menuduh para pemimpin AS, Korea Selatan, dan Jepang merencanakan provokasi perang nuklir di Semenanjung Korea. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyebut Yoon, Biden, dan Kishida sebagai “para bos geng” dari ketiga negara tersebut.
Kekhawatiran mengenai program nuklir Korea Utara semakin meningkat setelah negara itu memberlakukan undang-undang yang mengizinkan penggunaan senjata nuklir secara preventif pada tahun lalu dan sejak itu secara terbuka mengancam akan menggunakannya dalam potensi konflik dengan Amerika dan Korea Selatan. [my/jm]
Tidak ada komentar