Melenyapkan Entitas Penjajah, Palestina Butuh Tentara Kaum Muslimin

HAK SUARA
17 Jan 2024 19:43
Ragam 0 112
4 menit membaca

OPINI—Konflik berdarah masih terus berlanjut di jalur Gaza, dari laman (priangan.tribunnews 14/01/24) sejak serangan 7 Oktober 2023 hingga 100 hari kekejaman zionis belum berakhir, sejak balasan Israel atas penyerangan Hamas, tercatat sudah sebanyak 23.843 orang warga Palestina yang tewas dan lebih dari 60.317 lainnya luka-luka.

Sementara pada 7 Januari 2024, kantor media pemerintah di Gaza merilis data jumlah jurnalis yang syahid telah mencapai 109 orang. Sebanyak 3 jurnalis lainnya syahid di Lebanon pada periode yang sama.

Terkait hal ini, media Middle East Eye (MEE) menyebutkan, perang yang sedang berlangsung antara zionis dan para pejuang Palestina ini telah merenggut nyawa lebih banyak jurnalis dibandingkan konflik apa pun selama lebih dari 30 tahun. MEE sendiri menyebutkan jumlah jurnalis yang syahid sejak serangan 7 Oktober 2023 sudah mencapai 111 orang.

Muslim Palestina butuh peran nyata kita untuk menolong dengan sebenar-benarnya pertolongan. Di antaranya adalah tetap berdiri di sisi mereka, lantang menyuarakan kebenaran, menjadi mata dan lisan mereka, melakukan apa pun yang bisa dilakukan, seperti mengirimkan bantuan, termasuk meng-counter propaganda penjajah, melemahkan ekonomi mereka dengan segala cara, sehingga kaum muslim Palestina tidak merasa sendirian dan ditinggal saudara seagama.

Hanya saja tentu semua upaya tersebut tak cukup untuk menolong muslim Palestina, karena penjajahan itu nyata, bersifat fisik, dan melibatkan kekuatan senjata, serta didukung secara politik dan ekonomi dari negara-negara adidaya. Zionis pun terus merasa jumawa, karena tahu bahwa semua penguasa muslim dalam posisi lemah.

Negeri Muslim Diam Membisu

Sangat ironis dan memprihatinkan, ketika para pemimpin dari negeri-negeri muslim di sekitar Palestina, seperti pemimpin Suriah, Lebanon, Yordania, Arab Saudi, Mesir, dan Turki, hanya diam menyaksikan saudara kita kaum muslim di Palestina dibantai oleh Yahudi secara kejam dan biadab.

Mereka hanya menggunakan mulut-mulut mereka untuk mengecam serangan Yahudi ataupun mendoakan muslim Palestina, atau hanya mengirimkan bantuan kemanusiaan, seperti obat-obatan, makanan, dan minuman, kepada muslim Palestina.

Mereka tidak memaksimalkan perannya untuk melenyapkan entitas penjajah, yang dapat membantu pun mengalami keterbatasan akibat adanya hukum-hukum internasional dan sekat nasionalisme yang menghalangi satu negara masuk negara lain.

Menyedihkan memang, saat empati negeri-negeri muslim selalu minimalis. Mereka mencukupkan diri hanya dengan mengutuk, mengecam, menyerukan upaya perundingan atau sejenisnya. Tidak ada langkah konkret yang dilakukan untuk mengusir entitas Yahudi dari tanah Palestina.

Secara garis besar ada dua faktor mengapa para pemimpin negeri-negeri Islam tidak mengirim bantuan militer kepada kaum muslim Palestina. Pertama, karena mereka telah mengalami kelemahan mental yang sangat gawat yang disebut al-wahn, yaitu cinta dunia (hubbu al-dunyā) dan benci mati (karāhiyat al-maut). Kedua, karena mereka telah tunduk dan patuh mengikuti kaum Yahudi dan Nasrani, yakni negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat. Sehingga posisi dan sikap yang akan diambil oleh para pemimpin negeri-negeri Islam juga akan menyesuaikan dengan garis politik Amerika Serikat.

Palestina Membutuhkan Tentara Kaum Muslimin

Palestina membutuhkan adanya pergerakan dunia Islam untuk membangkitkan umat, yang mampu mewujudkan bantuan nyata dari negeri-negeri muslim dengan berupa pemgiriman tentara tentaranya, sebab perang ini, bukanlah perang yang akan dimenangkan oleh individu atau kelompok.

Individu tidak mampu berperang melawan negara seperti Zionis beserta negara sekutunya AS. Olehnya itu, perang ini seharusnya dilawawan dan perjuangkan oleh negara juga, dengan kekuatan tentaranya, yakni tentara tentara muslim yang berperang untuk Allah Swt. dan umat Nabi Muhammad saw.

Palestina membutuhkan konsolidasi umat Islam secara global sehingga perlu adanya solusi jangka pendek untuk melawan entitas Yahudi di bumi Al-Aqsha. Solusi ini tidak lain adalah jihad. Sudah selayaknya kapasitas para penguasa negeri-negeri muslim untuk memobilisasi pasukan militer mereka ke Gaza Palestina.

Negeri negeri muslim sesungguhnya mampu melakukan ini, cukup dengan menghadirkan keberanian dan hati nurani terhadap saudara seakidah. Sudah seharusnya kaum muslim bersatu hingga mampu tampil di pentas politik internasional secara mandiri tanpa intervensi pemikiran Barat dan menghapus sekat nasionalisme.

Urgensi Kekhalifahan Islam

Permasalahan mendasar atas berbagai problem umat Islam sesungguhnya karena ketiadaan institusi pemersatu, yakni kekhalifahan Islam. Institusi yang diruntuhkan melalui konspirasi Yahudi ini sesungguhnya merupakan kunci bagi kemenangan kaum muslim.

Untuk itu, langkah konkret pertama adalah negeri-negeri kaum muslim harus terlebih dahulu melepaskan belenggu nasionalisme yang menjerat mereka dan bersatu dalam kekhalifahan Islam.

Di sinilah urgensi upaya-upaya strategis untuk mengembalikan institusi pemersatu umat Islam, kekhalifahan Islam. Institusi inilah yang akan menjadi pelindung mereka dari berbagai bentuk penjajahan kaum kuffar, sehingga solusi tuntas pendudukan Palestina hanya dengan keberadaan Khilafah.

Khilafahlah yang akan membebaskan Palestina dengan segenap kemampuan karena menjadi kewajibannya sebagai pelindung atau junnah kaum muslim, dan umat harus berjuang bersama untuk menegakkannya. Wallahu a’lam bish Showab. (*)

 

Penulis:
Mansyuriah, S.S
(Aktivis Muslimah dan Pemerhati Sosial)

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x