FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian terus membangun koordinasi langkah-langkah antisipasi kenaikan harga beras bersama Pemerintah Daerah (Pemda) dan Kementerian/Lembaga terkait.
Pasalnya, beras menjadi komoditas yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan pada periode September hingga Oktober tahun ini selain bawang putih, gula pasir, dan jagung.
“Secara umum perkembangan harga relatif stabil, namun kita harus mengatensi gabah dan beras, terutama yang tertinggi tadi adalah di Kalteng, ini naiknya signifikan, juga Jawa Tengah,” ujar Tito dalam Rakor Pengendalian Inflasi Daerah yang digelar secara hybrid di Jakarta, Selasa (10/10/2023).
Ia menjelaskan, Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah melakukan intervensi terkait kenaikan harga beras.
Langkah-langkah tersebut mulai dari penetapan Harga Pokok Penjualan (HPP) gabah dan beras eceran, hingga penyaluran beras untuk Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Tantangan kita adalah bagaimana agar beras yang disalurkan ini betul-betul sampai ke pasar tradisional, itu kuncinya. Jangan sampai berhenti di distributor, dan kemudian setelah itu ditimbun,” tegasnya.
Selain itu, pemerintah melalui Bapanas juga menggencarkan gerakan pangan murah yang didukung dengan bantuan sosial (bansos) berupa bantuan pangan kepada 21,5 juta keluarga penerima manfaat.
Ini pada periode September hingga November yang masing-masing mendapatkan sebanyak 10 kilogram. Bantuan berikutnya dalam rangka penanganan stunting yaitu telur dan daging ayam untuk 1,4 juta keluarga.
Tidak ada komentar