Mengulik Peristiwa Paling Bersejarah di Hotel Yamato, Kisah Heroik Perobekan Bendera Triwarna

HAK SUARA
23 Okt 2023 15:45
2 menit membaca

FAJAR.CO.ID — Tanggal 19 September memiliki makna historis, yakni perobekan bendera merah-putih-biru (Belanda) di Surabaya (1945). Pada tanggal yang sama belasan tahun sebelumnya, yakni pada 1929, Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU berdiri di Semarang, Jawa Tengah.

Pada 18 September 1945 malam, warga Belanda tawanan Jepang di Hotel Yamato mengibarkan bendera triwarna Belanda di puncak menara hotel tersebut tanpa izin Pemerintah Kota Surabaya.

Pada 19 September 1945 pagi, sekitar 15 orang angkatan muda binaan Djohan Sjahroezah mendatangi hotel itu. Semakin lama, barisan kaum muda itu semakin banyak, hingga ratusan orang, menuntut penurunan bendera tersebut.

Wartawan senior LKBN ANTARA Boyke Soekapdjo mencatat kekerasan sempat terjadi setelah warga Belanda menolak menurunkan bendera itu, hingga berujung tewasnya W.V.Ch Ploegman, pemimpin kelompok itu.

Baku tembak terjadi dan sekelompok pemuda kemudian naik ke menara hotel tersebut, menurunkan Triwarna Belanda, merobek warna birunya dan menaikkan kembali merah-putih.

Awak ANTARA banyak berkiprah dalam perobekan bendera triwarna Belanda pada 19 September 1945 itu, bahkan menjadi sosok kunci dalam peristiwa itu.

Mereka adalah Abdoel Wahab Saleh, Djohan Sjahroezah, Soekarni, dan Loekitaningsih. Abdoel Wahab Saleh adalah jurufoto perekam kejadian itu.

Djohan Sjahroezah, adalah penggalang kekuatan di Surabaya atas dasar penugasan oleh Sjahrir, yang memperkirakan Belanda masuk Indonesia lewat Surabaya untuk kembali menjajah dengan membonceng Sekutu, yang akan melucuti balatentara Jepang.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x