FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Forum Tingkat Tinggi ASEAN tentang Pembangunan Inklusif Disabilitas dan Kemitraan Pasca Tahun 2025 atau The ASEAN High Level Forum (AHLF) on Enabling Disability-Inclusive Development and Partnership beyond 2025 hari kedua, Rabu, 11 Oktober membahas strategi inklusivitas penyandang disabilitas.
Menteri Sosial Tri Rismaharini di tengah berjalannya forum menyampaikan seruannya kepada para delegasi negara ASEAN bahwa strategi inklusivitas tidak hanya melihat pada data.
Namun, perlu tindakan langsung seperti memahami karakteristik para penyandang disabilitas serta apa yang jadi kebutuhan mendasar dari mereka.
“Saya tahu bahwa data adalah hal yang penting, namun yang lebih penting adalah memahami karakteristik mereka dan memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya. Kita harus bersama menghapuskan stigma negatif dan mendorong mereka lebih percaya diri untuk berkreasi,” kata Risma.
Bahkan, dalam kesempatan itu, Menteri Risma sempat berlinang air mata. Ia merasa terharu dengan kondisi penyandang disabilitas yang belum diperlakukan dengan sepenuhnya baik di seluruh negara.
Pembahasannya dalam forum tersebut pun beragam. Salah satunya Kemitraan terkait Inklusi dan Pemberdayaan Disabilitas serta strategi di masa depan.
Sebagai pembicara ada Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof. Nunung Nuryartono.
Sebagai panelis ada Sara Minkara, US Special Advisor on International Disability Rights. Kemudian Afke Bootsman, UN Indonesia Resident Coordinator Office Representative. Alisa Sivathorn, Representative of ASEAN Disability Forum Thailand. Serta Tolhas Damanik, AGENDA/IFES Representative.
Tidak ada komentar