OPINI—Belum lama ini pada forum Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2024 yang dilaksanakan di Universitas Islam Negeri walisongo Semarang, menarik perhatian banyak masyarakat khsusnya, muslim.
Hal ini lantaran, pada pernyataan salah seorang pembicara yakni Prof. Kamaruzzaman, Presiden AMAN & UIN Ar-Rainry, yang menyatakan mengenai perlunya untuk lebih gencar dalam mensosialisasikan moderasi beragama, terkhusus di dunia maya.
Dunia maya adalah wadah paling efesien dalam menebarkan sebuah ide, dimana pada faktanya isu moderasi beragama di ungkapkan belum menjadi fokus pembahasan para pengguna dunia maya, atau sosial media.
Dalam pidatonya, beliau menjelaskan bahwa ide-ide keagamaan harus masuk dalam virtual sosial setting, dimana ketika isu moderasi keagamaan ini masuk, maka akan bisa mencerahkan dan memberikan kesadaran kepada penggunanya.
Moderasi beragama bukan lagi isu baru di kalangan masyarakat, namun moderasi beragama sering kali menjadi isu yang sangat di perhatikan oleh para pemegang kekuasaan ataupun pemangku kebijakan lainnya.
Prof. Kamaruzzaman juga menjelaskan bahwa, moderasi beragama bukan hanya sekedar mind atau pemikiran melainkan membutuhkan sebuh kesadaran, dan dalam membentuk kesadaran tersebut perlunya untuk melakukan rekayasa sosial di alam virtual, dan dapat di mulai dengan membentuk kelompok atau agen-agen yang bertugas melakukannya.
Perlu dipahami bahwa moderasi beragama pada dasarnya muncul untuk melonggarkan aturan agama, yang pada hakikatnya telah ditetapkan sebelumnya. Moderasi agama ini kemudian menjadi cela masuknya banyak pelanggaran agama, seperti penistaan dan pelecehan agama.
Pada dasarnya ide moderasi beragama di katakana untuk menjaga kerukunan, toleransi ummat beragama, sehingga bisa hidup berdampingan dengan nyaman dan tentram.
Hal ini lantaran ide moderasi beragama ini seringkali di sandingkan dengan isu terorisme, radikalisme, dan seringkali menyudutkan dan merugikan satu agama. Namun di samping itu, pemerintah juga semakin gencar untuk mempromsikan ide moderasi beragama ini.
Moderasi beragama, atau agama yang moderat seringkali menyerang dunia Islam, dengan alasan menangkis munculnya muslim yang “radikal”, tentu ini sangat merugikan kaum muslimin, terlebih media sosial sendiri, adalah tempat yang paling mudah di jangkau saat ini, informasi dengan sangat mudah tersebar dan di dapatkan oleh masyarakat.
Upaya untuk memasukkan memasukkan ide moderasi lebih jauh dan dalam lagi kedalam dunia maya adalah ancaman nyata bagi seorang muslim. Karena, tentunya akan menggaggu berdirinya akidah ummat.
Rancunya, ide moderasi beragama hanya akan merusak pemikiran dan pendirian seorang muslim, seba pada dasarnya ide ini muncul memang untuk melemahkan kekuatan kaum muslimin.
Pada faktanya, moderasi beragama hanya seringkali di sasarkan pada muslim saja, dan hanya merugikan satu agama saja yaitu islam, ini sesuai dengan kenyataan bahwa dunia barat yang berusaha untuk melemahkan akidah dan pendirian muslim.
Hal ini terbukti dengan berbagai agenda dan tulisan rekayasa barat seperti buku Building Moderate Muslim Network yang ditulis RAND Corporation. Ini menjadi bukti bahwa moderasi beragama sejatinya adalah tiupan angin mematikan dari dunia barat yang menyasar entitas tertentu, yaitu muslim.
Maka sebuah kekeliruan ketika seorang musim justru ikut menjadi agen yang membuat rekayasa untuk menyuarakan ide moderasi beragama ini, dan media sosial akan menjadi ancaman bagi akidah ummat.
Dalam islam, ketaatan penuh kepada Sang Pencipta adalah suatu kewajiban dna keniscayaan sebagai seorang manusia. Islam menjelaskan bagaiman ahakikat ketaatan tanpa tapi, tanpa nanti, dan tanpa harus mengubah apapun dalam syariatnya.
Hal ini lataran, Aturannya telah sempurna dan tanpa harus di ubah sedikipun lagi. Islam dengan semua aturannya pada dasarnya memiliki seluruh penyelesaian dan solusi permasalahan hidup manusia, bahkan mengenai permasalahan toleransi telah jauh di bahas dalam Al-Qur`an sebelumnya oleh Allah.
Oleh karenaya ide moderasi beragama justru akan menjauhkan ummat dari penyelesaian, dan melahirkan masalah baru, seperti kerusakan moral, kriminalitas, hingga pelecehan agama. Hanya dengan menerapkan islam secara sempurna/menyeluruh maka seluruh pemasalahan terselesaikan. (*)
Penulis:
Riska Fadliah Angraini
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.
Tidak ada komentar