Oposisi Polandia Pro-Uni Eropa Diperkirakan Menang Pemilu

HAK SUARA
17 Okt 2023 03:25
4 menit membaca

Oposisi liberal Polandia, Senin (16/10) merayakan hasil jajak-jajak pendapat di pintu keluar tempat pemungutan suara (TPS) yang menunjukkan bahwa mereka telah memenangkan mayoritas parlemen dalam pemilu hari Minggu. Media-media setempat melaporkan, jumlah mereka yang memberikan suara daam pemilu kali ini membukukan rekor tertinggi sejak jatuhnya Komunisme.

Hasil yang mengejutkan ini akan mengakhiri delapan tahun kekuasaan partai populis Hukum dan Keadilan (PiS), yang mana hubungannya dengan Uni Eropa dan negara tetangga Ukraina telah jatuh ke titik terendah baru.

Pihak oposisi, yang dipimpin oleh mantan ketua Uni Eropa Donald Tusk, menyebut pemilihan anggota parlemen itu sebagai “kesempatan terakhir” untuk menyelamatkan demokrasi.

“Demokrasi telah menang,” katanya pada Minggu malam, sambil mengatakan bahwa era “suram” telah berakhir.

Bagi para pemilih di ibu kota Warsawa, di mana dukungan terhadap kaum nasionalis biasanya lebih rendah, hasil pemilu ini menandai perubahan besar. “Hak-hak perempuan sangat penting bagi saya dan saya sangat berharap sesuatu akan berubah di sini,” kata Aleksandra Metlewicz, seorang desainer interior, kepada AFP.

Perempuan berusia 33 tahun itu mengatakan ia ingin “masa-masa indah kembali terjadi, menggantikan “Abad Pertengahan” di mana Polandia terjebak di dalamnya.

Lebih Banyak Perempuan Beri Suara

Pemerintahan PiS didasarkan pada nilai-nilai tradisional Katolik dan Polandia memiliki undang-undang aborsi yang paling ketat di UE. Tusk telah berjanji untuk meliberalisasi semua itu.

Masalah ini, menurut para analis, mendorong mobilisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di kalangan perempuan dan membantu menyeimbangkan partai-partai oposisi liberal.

“Sebelumnya, separuh perempuan mengatakan mereka tidak akan memilih. Namun, jajak-jajak pendapat di luar TPS menunjukkan lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki yang memilih,” kata Justyna Kajta, sosiolog di Universitas SWPS di Warsawa.

 

Bagi Kajta, jumlah pemilih perempuan, yang diperkirakan mencapai 73,7 persen, merupakan “kejutan positif” utama dalam pemilu tersebut.

Proyeksi berdasarkan hasil awal dan jajak pendapat yang dilakukan Ipsos pada hari Senin menunjukkan Koalisi Sipil pimpinan Tusk dapat memenangkan 161 kursi dari 460 kursi parlemen.

Dua partai kecil yang merupakan sekutu potensial, Third Way dan Left, masing-masing akan memenangkan 57 dan 30 kursi. Itu berarti ketiganya memperoleh mayoritas 248 suara.

Banyak Pihak Senang

Selama delapan tahun, PiS telah menempatkan Polandia pada jalur yang bertentangan dengan Uni Eropa, melalui reformasi peradilan yang kontroversial, penolakan menerima migran, dan kebijakan aborsi garis keras.

PiS meningkatkan retorika nasionalis dalam kampanyenya dan bahkan berselisih dengan tetangganya yang dilanda perang, Ukraina, meskipun Polandia memiliki solidaritas yang besar untuk membantu Kyiv dalam menghadapi invasi Rusia.

Bagi para pemilih oposisi, mengakhiri pemerintahan PiS akan memulihkan reputasi Polandia di panggung internasional. “Saya yakin sekarang semua hubungan (internasional) akan membaik dan menjadi normal. Namun hal ini akan memakan waktu,” kata Krzysztof Dabrowski, seorang pensiunan dari Warsawa, kepada AFP.

 

Tusk menjabat sebagai perdana menteri Polandia antara tahun 2007 dan 2014 dan sebagai presiden Dewan Eropa antara tahun 2014 dan 2019. Ia telah berjanji untuk memulihkan hubungan dengan Brussels jika dia kembali berkuasa dan membuka blokir dana Uni Eropa yang dibekukan karena kebuntuan yang sedang berlangsung mengenai supremasi hukum di Polandia.

Banyak warga Polandia yang mengantre hingga larut malam untuk memberikan suara mereka, yang oleh semua partai disebut sebagai pemilu paling penting sejak jatuhnya Komunisme.

Meskipun hasil pemilu tampaknya memberikan kesempatan yang lebih baik kepada oposisi liberal untuk membentuk pemerintahan berikutnya, namun masih terdapat kehati-hatian di antara banyak pemilih.

“Saya penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya dan bagaimana tindakan orang-orang yang akan mengambil alih kekuasaan,” kata pengusaha berusia 42 tahun, Karol Jedlinski, seraya menambahkan bahwa ia “jauh dari euforia”.

Ia kesulitan membayangkan Tusk memimpin Polandia lagi. “Bagi saya ia lebih merupakan sosok masa lalu,” katanya.

Kaczynski Masih Miliki Harapan

Banyak hal yang masih bergantung pada Presiden Andrzej Duda. Para analis memperingatkan bahwa setiap koalisi pemerintahan yang dibentuk oleh oposisi dapat menghadapi perselisihan dengan presiden, yang merupakan sekutu PiS.

Sementara itu, PiS tampil seolah tidak memperdulikan kekalahannya dan malah menyatakan diri sebagai pemenang pemilu karena partai tersebut tampaknya memperoleh suara terbanyak.

Ketua partainya, Jaroslaw Kaczynski, mengatakan ia masih memiliki “harapan” bisa membentuk pemerintahan. “Untuk saat ini, ini bukan jalan yang tertutup,” katanya pada Minggu malam ketika jajak pendapat menunjukkan kemenangan oposisi.

Mitra koalisi yang paling mungkin untuk PiS adalah Konfederasi, sebuah partai sayap kanan yang menyerukan diakhirinya bantuan besar-besaran Polandia untuk Ukraina dan telah berkampanye dengan platform yang sangat antimigran.

Namun jajak pendapat menunjukkan Pis dan Konfederasi bersama-sama tidak akan memperoleh mayoritas, dengan total hanya 212 kursi.

Kyiv dan para pendukungnya di negara-negara Barat telah mengamati pemilu Polandia dengan cermat untuk mengetahui dampak apa pun terhadap bantuan ke Ukraina.

Polandia telah menjadi pemimpin terdepan bagi Ukraina di Uni Eropa dan NATO dan telah menampung satu juta pengungsi Ukraina, namun banyak warga Polandia yang merasa kewalahan menampung mereka.[ab/uh]

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x