Ribuan orang yang mengungsi akibat kebakaran hutan Maui, yang menjadi kebakaran hutan paling banyak menelan korban jiwa di Amerika Serikat dalam lebih dari satu abad terakhir, menghadapi ketidakpastian saat mereka mencoba mencari tempat tinggal di pasar perumahan yang mahal. Terlebih karena banyak kawasan perumahan itu yang kini juga diminati sebagai tempat berlibur.
Maui dan Lahaina khususnya telah mengalami kekurangan rumah yang parah, bahkan jauh sebelum kebakaran yang menghanguskan sekitar 3.000 rumah.
Kembalinya para wisatawan secara bertahap semakin mengancam para pengungsi yang selama ini “mengungsi” dengan tinggal di kamar-kamar hotel.
Sebagai sebuah pulau, tidak memungkinkan bagi pihak berwenang untuk mengirimkan atau membangun “hunian sementara” seperti yang biasa dilakukan pada bencana alam lainnya.
Pihak Palang Merah mengatakan mereka tidak meminta siapa pun untuk meninggalkan hotel sampai mereka menemukan tempat tinggal permanen.
Setelah kebakaran dahsyat pada tanggal 8 Agustus lalu, pemerintah AS melalui Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA) telah mendanai sekitar 8.000 warga yang terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk pindah ke hotel, rumah sewa yang biasanya digunakan untuk liburan dan perumahan jangka pendek lainnya.
Hingga saat ini masih ada sekitar 6.900 orang yang tinggal di tempat penampungan jangka pendek itu. [em/rs]
Tidak ada komentar