FAJAR.CO.ID, MAKASSAR– Sulawesi menjadi lumbung energi bersih. Sebanyak 34 persen setrum yang dialirkan ke pelanggan, bersumber dari energi baru dan terbarukan (EBT).
Pada 2030, energi hijau akan menyumbang 51 persen kapasitas setrum Sulawesi. Bahkan dalam studi terbarunya, Institute for Essential Services Reform (IESR) menjagokan Sulawesi akan menjadi kandidat juara nasional sistem kelistrikan dari energi terbarukan.
Sistem kelistrikan Jawa-Bali hanya 32,6 persen di tahun yang sama. Begitupun sistem kelistrikan di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan, suplai setrum dari energi terbarukan masing-masing sebesar 35 persen.
Sumber energi terbarukan dari Sulawesi berasal dari PLTA Poso, PLTA Bakaru, PLTA Malea, dan PLTA Bili-bili yang menyumbang setrum sebanyak 525 Megawatt (MW) ke sistem kelistrikan Sulawesi.
Kemudian pada 2018, ekspansi energi terbarukan Sulawesi makin massif. PLN panen setrum dari kebun angin di PLTB Sidrap sebanyak 70 MW dan PLTB Tolo Jeneponto dengan kapasitas 60 MW.
Terbaru, ada pasokan setrum dari PLTS di Kabupaten Selayar sebesar 25 MW. Termasuk PLTS di Pulau Kodingareng, Tanakeke, dan Lae-lae. Kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di pulau sangat spesial. Warga menyambut gembira.
Namun banyaknya PLTA justru menimbulkan masalah baru. Jika kemarau tiba, debit air menurun drastis. Hal itu membuat kemampuan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) turun sekitar 75 persen. Akibatnya, pemadaman bergilir makin sering terjadi.
“Jika begini (listrik padam,red) terus, kita rugi besar,” ujar Sulastri, pedagang makanan beku, Senin, 23 Oktober 2023.
Tidak ada komentar