Pemimpin Hizbullah, kelompok paling militan di Lebanon, Rabu (25/10), mengadakan pembicaraan dengan tokoh-tokoh senior Hamas dan Jihad Islam Palestina dalam pertemuan penting tiga kelompok militan anti-Israel di tengah perang yang berkecamuk di Gaza.
Sebuah pernyataan singkat setelah pertemuan tersebut mengatakan bahwa pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah setuju dengan Saleh al-Arouri dari Hamas dan pemimpin Jihad Islam Ziad al-Nakhleh mengenai langkah selanjutnya yang harus diambil oleh ketiganya, bersama dengan kelompok-kelompok militan lain yang didukung Iran dalam tahap sensitif ini.
Tujuan mereka, menurut pernyataan yang dimuat di media milik Hizbullah dan media pemerintah Lebanon, adalah untuk mencapai “kemenangan nyata bagi perlawanan di Gaza dan Palestina” dan menghentikan “agresi berbahaya dan brutal Israel terhadap rakyat kami yang tertindas dan teguh di Gaza dan Tepi Barat”.
Tidak ada rincian lain yang diberikan. Diskusi di Beirut terjadi ketika perang antara Israel dan Hamas, kelompok militan Palestina yang menguasai Jalur Gaza, kini memasuki minggu ketiga. Pertempuran tersebut, yang dipicu oleh serangan mematikan Hamas ke Israel pada tanggal 7 Oktober yang menewaskan lebih dari 1.400 orang di Israel, telah menewaskan lebih dari 5.700 warga Palestina di Gaza.
Ketika jumlah korban tewas di Gaza meningkat, ketegangan juga meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel yang tegang, di mana anggota Hizbullah saling baku tembak dengan pasukan Israel sejak sehari setelah Hamas mengamuk di Israel.
Untuk saat ini, bentrokan tersebut masih terbatas pada beberapa kota perbatasan dan posisi-posisi militer Hizbullah dan Israel di kedua sisi. Militer Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian PBB telah dikerahkan dalam jumlah besar. Puluhan anggota Hizbullah telah tewas dalam bentrokan sejauh ini, kata kelompok itu, sementara militer Israel juga mengumumkan beberapa kematian di antara anggotanya.
Nasrallah belum berbicara secara terbuka tentang perang di Gaza dan bentrokan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel. Namun, pejabat tinggi Hizbullah lainnya telah memperingatkan bahwa mereka menentang rencana Israel untuk melakukan invasi darat ke wilayah yang terkepung itu.
Para pejabat Israel mengatakan mereka akan membalas secara agresif jika terjadi serangan lintas batas oleh Hizbullah dari Lebanon.
“Kami akan melumpuhkan mereka dengan kekuatan yang bahkan tidak dapat mereka bayangkan, dan konsekuensinya bagi mereka dan negara Lebanon (akan) sangat menghancurkan,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat mengunjungi pasukan Israel di sepanjang perbatasan dengan Lebanon pada hari Minggu.
Pemerintahan sementara Lebanon yang kekurangan uang, serta tokoh-tokoh regional dan internasional, telah berupaya keras untuk menjauhkan negara itu dari perang.
Hizbullah dan Israel terlibat perang selama sebulan pada tahun 2006 yang berakhir dengan kebuntuan yang menegangkan. Israel memandang Hizbullah yang didukung Iran sebagai ancaman paling serius, dan memperkirakan mereka memiliki sekitar 150.000 roket dan rudal yang ditujukan ke Israel. [ab/uh]
Tidak ada komentar