Pertemuan puncak di Kairo yang digelar oleh Mesir, Sabtu (21/10), gagal mencapai kesepakatan tentang bagaimana menahan kekerasan antara Israel dan Hamas.
Para pemimpin negara-negara Arab mengutuk gempuran Israel terhadap Gaza, sedangkan sebagian besar negara-negara Barat mengatakan warga sipil harus dilindungi. Namun, pertemuan itu tidak mencapai konsensus tentang bagaimana mengakhiri konflik karena para pejabat Israel dan Amerika Serikat (AS) absen dari acara itu.
Di tengah kekhawatiran internasional mengenai meluasnya perang itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mewanti-wanti Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati dalam pembicaraan melalui telepon, Sabtu (21/10), bahwa rakyat Lebanon akan terdampak jika negaranya ikut terlibat dalam perang.
Pernyataan Blinken itu disampaikan oleh Departemen Luar Negeri AS.
Kelompok Hizbullah yang disokong oleh Iran dan militer Israel hampir setiap hari baku-tembak di garis depan. Hizbullah mengatakah pada Sabtu bahwa satu kombatannya tewas di perbatasan.
Di Irak, sumber keamanan mengatakan dua pesawat nirawak atau drone ditembak dan jatuh dekat pangkalan udara Ain al-Asad, di mana pasukan AS ditempatkan. Dalam beberapa hari terakhir, tentara-tentara AS di Suriah dan Irak berkali-kali diserang.
Raja Yordania Abdullah II menyesalkan apa yang dia sebut kebungkaman global tentang serangan Israel yang telah menewaskan ribuan orang di Gaza yang dikuasai Hamas. Selain itu, lebih dari satu juta orang kehilangan tempat tinggal. Abdullah mendesak pendekatan yang tidak memihak dalam konflik Israel dan Palestina.
“Pesan yang didengar oleh dunia Arab adalah nyawa orang Palestina kurang penting dibanding nyawa orang Israel,” kata Abdullah. Dia menambahkan bahwa dia marah dan berduka atas aksi kekerasan terhadap warga sipil yang tidak berdosa di Gaza, Tepi Barat yang diduduki Israel, dan di Israel.
Mahmoud Abbas, yang terpilih menjadi Presiden Palestina, mengatakan orang Palestina tidak akan terusir atau diusir dari tanah mereka.
“Kami tidak akan pergi, kami tidak akan pergi,” kata Abbas di hadapan pertemuan puncak itu.
Prancis menyerukan pembukaan koridor kemanusiaan ke Gaza yang menurut negara itu bisa membuka jalan ke gencatan senjata. Inggris dan Jerman mendesak militer Israel untuk menahan diri. Italia menekankan pentingnya untuk menghindari eskalasi konflik.
AS, sekutu dekat Israel dan pemain penting dalam berbagai upaya perdamaian pada masa lalu, hanya mengirimkan Kuasa Usaha Kairo yang tidak memberi pernyataan di depan umum.
Protes dunia
Puluhan ribu demonstran pro-Palestina berpawai di London, Sabtu (21/10), menuntut Israel agar menghentikan serangan terhadap Gaza. Unjuk rasa yang sama juga digelar di berbagai kota di seluruh dunia.
Di Tel Aviv, demonstran berdemo di luar kantor Kementerian Pertahanan Israel, Sabtu. Mereka menyerukan agar para sandera dibebaskan.
Bantuan ke Gaza terbatas
Perbatasan Rafah antara Jalur Gaza dan Mesir pada Sabtu (21/10) dibuka untuk pertama kali sejak serangan mematikan terhadap Israel oleh Hamas pada 7 Oktober. Pembukaan perbatasan juga membuka pengiriman 20 truk berisi makanan, air, obat-obatan dan barang-barang kebutuhan penting lainnya untuk warga Gaza.
Para pejabat Palestina mengutarakan kekecewaannya karena Gaza tidak menerima bantuan bahan bakar minyak (BBM).
“Pengecualian BBM dari bantuan kemanusian berarti nyawa pasien dan mereka yang cedera tetap terancam. Rumah sakit-rumah sakit Gaza mulai kehabisan peralatan dasar untuk melakukan intervensi medis,” kata Kementerian Kesehatan Gaza. Menurut kementerian itu, bantuan yang datang hanya mencapai 3 persen dari jumlah yang sebelumnya dikirim ke Gaza sebelum krisis.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menekan Israel dan Mesir agar mengizinkan bantuan untuk mengalir bebas ke Gaza, di mana ratusan ribu orang membutuhkan bantuan setelah dibombardir Israel selama dua minggu. Ditambah lagi, Israel memblokir pengiriman makanan dan minuman.
Martin Griffiths, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk masalah kemanusiaan mengatakan, Sabtu (21/10), bahwa dia “yakin pengiriman itu akan menjadi awal upaya berkelanjutan untuk menyediakan barang-barang kebutuhan dasar – termasuk makanan, air, obat-obatan dan BBM – untuk warga Gaza secara aman, andal, tanpa syarat dan leluasa.”
PBB mengatakan pasokan-pasokan penyelamat hidup akan diterima dan didistribusikan oleh Bulan Sabit Merah Palestina dengan persetujuan Hamas yang menguasai Gaza.
Sementara itu, Israel mengeluarkan peringatan yang menyarankan warga negaranya agar tidak bepergian ke Mesir, Yordania, dan Maroko. Warga negara Israel yang masih berada di ketiga negara itu diminta segera keluar. Peringatan itu juga menyarankan warga Israel agar menghindari bepergian ke negara Timur Tengah mana pun.
Pemerintah Israel juga memperingatkan warganya agar tidak melawat negara-negara dengan jumlah populasi penduduk Muslim yang besar, seperti Malaysia, Bangladesh, Indonesia, dan Maldives. Israel tidak ingin warga negaranya menjadi target serangan di negara-negara tersebut yang mungkin marah dengan aksi Israel menyusul serangan Hamas. [ah/ft]
** Sebagian informasi dalam laporan ini berasal dari The Associated Press, Agence France-Presse dan Reuters.
Tidak ada komentar