Presiden Kolombia Gustavo Petro akan mengunjungi China pekan ini, kata Kementerian Luar Negeri China, Senin (23/10). Pemimpin berhaluan kiri itu ingin memperkuat hubungan dengan ekonomi terbesar kedua dunia ini.
Kunjungan Petro berlangsung atas undangan Presiden Xi Jinping dan akan berlangsung Selasa hingga Kamis, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying.
Ia akan bertemu dengan Xi pada hari Rabu, kata kantor presiden Kolombia.
Kedua pemimpin itu akan membahas kemajuan pembangunan sistem kereta bawah tanah di Bogota yang diawasi oleh sebuah perusahaan China, lanjutnya.
Kementerian Luar Negeri China, Senin (23/10) mengatakan bahwa hubungan dengan Kolombia “telah berkembang lancar, dan kerja sama praktis telah membuahkan hasil, memberi manfaat nyata bagi rakyat kedua negara.”
Xi akan mengadakan upacara penyambutan dan jamuan makan untuk Petro, kata seorang juru bicara kementerian luar negeri lainnya, Mao Ning. “Kedua kepala negara akan mengadakan pembicaraan untuk menyusun cetak biru bagi pembangunan hubungan China-Kolombia dalam era baru, dan secara bersama-sama akan hadir pada upacara penandatanganan dokumen kerja sama,” kata Mao.
Lawatan itu akan mengikuti jejak Presiden Venezuela Nicolas Maduro bulan lalu.
Presiden Chili Gabriel Boric juga mengunjungi China pekan lalu sebagai bagian dari pertemuan puncak negara-negara yang berpartisipasi dalam Prakarsa Sabuk dan Jalan, suatu proyek infrastruktur luas China.
Dan meskipun Bogota belum menandatangani prakarsa tersebut, Petro, presiden berhaluan paling kiri di negara itu, telah berupaya untuk memperdalam hubungan negaranya dengan mitra dagang terbesar keduanya.
Pengangkatan sutradara film Sergio Cabrera sebagai duta besar untuk Beijing dianggap sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat hubungan. Cabrera menghabiskan sebagian besar masa kanak-kanaknya di China dan menjadi anggota brigade pemuda Pengawal Merah Mao Zedong yang ditakuti pada masa Revolusi Budaya.
“Meskipun pemerintahan Petro belum berfokus secara ekstensif pada hubungan Kolombia dengan China, hubungan itu siap untuk diperluas,” kata Evan Ellis dari lembaga kajian CSIS yang berbasis di Washington dalam sebuah laporan resmi tahun lalu. [uh/ab]
Tidak ada komentar