Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi Israel pada Selasa (24/10). Ia menjadi pemimpin dunia terbaru yang membawa pesan solidaritas dengan Israel setelah serangan maut Hamas dan desakan untuk melindungi warga sipil di Jalur Gaza.
Macron mengatakan kepada Presiden Israel Isaac Herzog bahwa apa yang terjadi tidak “akan pernah dilupakan” dan bahwa prioritas utamanya haruslah pembebasan sandera yang ditawan Hamas.
“Saya ingin memastikan bahwa Anda tidak dibiarkan sendirian dalam perang melawan terorisme ini,” kata Macron.
Militer Israel pada Selasa mengatakan pihaknya melancarkan serangan udara berkelanjutan di Gaza, termasuk menargetkan pusat-pusat operasional Hamas dan menewaskan beberapa wakil komandan Hamas.
Serangan Israel pekan ini juga menghantam kelompok militan Hizbullah yang berbasis di Lebanon, dan Herzog pada Selasa memperingatkan bahwa jika Hizbullah memperluas konflik, maka “Lebanon akan menanggung akibatnya.”
“Saya ingin memperjelas, kami tidak menginginkan konfrontasi di perbatasan utara dengan siapa pun juga,” kata Herzog. “Kami berfokus pada penghancuran infrastruktur Hamas dan memulangkan warga kami.”
Sementara itu Gedung Putih mengatakan Presiden AS Joe Biden dan PM Israel Benjamin Netanyahu membahas “upaya yang sedang berlangsung dalam pencegahan regional, termasuk pengerahan baru militer AS” dalam percakapan telepon hari Senin.
Para pejabat AS dalam beberapa hari ini telah menyatakan khawatir perang Israel-Hamas dapat memicu konflik yang lebih luas di Timur Tengah.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan kepada wartawan hari Senin bahwa ada peningkatan serangan roket dan drone oleh milisi-milisi dukungan Iran terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah. Ia mengatakan AS “sangat khawatir mengenai kemungkinan eskalasi signifikan” serangan dalam beberapa hari mendatang.
Gedung Putih mengatakan Biden dalam percakapan teleponnya dengan Netanyahu menyambut baik pembebasan dua sandera lagi oleh Hamas, “dan mengukuhkan kembali komitmennya untuk upaya yang sedang berlangsung untuk memastikan pembebasan seluruh sandera lainnya yang ditawan Hamas – termasuk warga Amerika – dan untuk memberikan jalur aman bagi warga negara Amerika dan warga sipil lainnya di Gaza.”
Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan membebaskan sandera – dua perempuan lansia Israel – dengan alasan kemanusiaan. Komite Palang Merah Internasional mengatakan mengangkut kedua perempuan Israel itu, masing-masing berusia 85 dan 79 tahun – keluar Gaza pada Senin malam.
Kelompok militan itu merilis dua sandera pertamanya – ibu dan anak berkebangsaan Amerika – pada Jumat, hampir dua pekan setelah melancarkan serangan mendadak terhadap Israel yang menewaskan 1.400 orang, kebanyakan warga sipil, dan menangkap lebih dari 200 lainnya.
Para pejabat AS mengatakan Washington menyarankan kepada Israel agar menunda rencana serangan daratnya ke Jalur Gaza untuk memberi lebih banyak waktu guna merundingkan pembebasan para sandera yang ditahan Hamas.
Serangan darat kemungkinan besar akan merumitkan perundingan mengenai sandera. Sebagian dari sandera diduga ditahan di jaringan terowongan rumit yang dibangun militan di Gaza selama bertahun-tahun bahkan ketika Israel memblokade wilayah di sepanjang Laut Tengah itu.
Israel telah menempatkan 300 ribu tentara di perbatasan Gaza menjelang kemungkinan operasi di dalam Gaza.
Sementara itu Kementerian Kesehatan Palestina Senin mengatakan bahwa total korban tewas di Gaza selama lebih dari dua pekan konflik telah mencapai sedikitnya 5.087 people, dengan 15.273 lainnya cedera.
Serangan Israel telah menghancurkan ribuan rumah di Gaza, dan badan kemanusiaan PBB mengatakan 1,4 juta orang telah mengungsi.
Dalam laporan terbarunya, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan Senin malam bahwa sedikitnya 16 orang petugas kesehatan tewas sewaktu bertugas di Gaza. Kantor itu juga mengatakan 35 staf badan PBB urusan pengungsi Palestina tewas, termasuk enam di antaranya dalam sehari terakhir.
Di New York, Dewan Keamanan PBB siap mengadakan pertemuan hari Selasa untuk membahas situasi di Timur Tengah.
Sekjen PBB Antonio Guterres dan kepala badan bantuan PBB Martin Griffiths diperkirakan berpidato dalam pertemuan itu. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken serta para menteri luar negeri Israel dan Palestina diperkirakan hadir, selain sejawat mereka dari Brazil, Prancis, Yordania, Mesir, Arab Saudi dan negara-negara lainnya. [uh/ab]
Tidak ada komentar