Bogor, Prof. Dr. KH. Sutan Nasomal, SH, MH, Pakar Hukum Internasional sekaligus Ekonom, menyoroti keras kondisi rakyat Indonesia yang masih terjebak dalam kemiskinan di usia kemerdekaan yang ke-80 tahun. Kamis, (14/8/2025).
“Kemana pun kita pergi, dari Sabang sampai Merauke, masih banyak rakyat yang hidup dalam kesulitan. Ini ironi di tengah perayaan kemerdekaan,” ujarnya saat menjawab pertanyaan para pemimpin redaksi media cetak dan online di Markas Pusat Partai Oposisi Merdeka, Jakarta.
Salah satu potret nyata kemiskinan tersebut dialami oleh Andri dan keluarganya. Mereka telah tidur di emperan toko dekat lampu merah Ciawi, Bogor, selama lebih dari empat tahun. Bersama istri yang tabah, Andri membesarkan dua anak balita—Ikbal (4 tahun) dan Refan (2 bulan)—di tempat seadanya beralaskan kardus.
Sebelumnya, Andri bekerja sebagai buruh perkebunan di Surade, Kabupaten Sukabumi. Namun, sulitnya lapangan pekerjaan memaksanya merantau ke Bogor dan bekerja sebagai pemulung dengan penghasilan hanya Rp30.000 per hari. Uang tersebut hanya cukup untuk bertahan hidup, tanpa kemampuan untuk menyewa rumah kontrakan.
Selama berumah tangga, Andri mengaku belum pernah menerima bantuan dari pemerintah. Setiap tahun ia hanya bisa pulang ke kampung di Cikajang, Garut, untuk beribadah di bulan Ramadhan bersama keluarganya.
Menurut Sutan Nasomal, perubahan lahan perkebunan masyarakat menjadi perkebunan kelapa sawit skala besar telah memutus sumber nafkah warga desa. “Perkebunan yang dulunya menjadi sumber kehidupan selama ratusan tahun kini berganti menjadi ribuan hektar kelapa sawit yang tidak mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat lokal,” ujarnya.
Ia menegaskan, Presiden RI Jenderal Haji Prabowo Subianto bersama jajaran pemerintah harus memperhatikan nasib masyarakat desa yang kehilangan lahan dan pekerjaan. Banyak warga yang akhirnya menjadi pemulung atau hidup terlunta-lunta di kota.
“Negara harus menolong masyarakat pedesaan agar mereka bisa memiliki penghasilan dan tetap hidup layak di tanah airnya. Jangan ada lagi perampasan tanah milik rakyat,” tegasnya.
Andri sendiri bercerita bahwa anak-anaknya sering sakit. Jika sakit, mereka biasanya dibawa pulang ke kampung karena tidak ada keluarga di Bogor dan biaya pengobatan sangat terbatas.
Sutan Nasomal berharap para pejabat daerah—bupati, wali kota, dan gubernur—turun langsung ke lapangan, membantu rakyat, dan membuka lapangan pekerjaan. “Kesabaran rakyat ini luar biasa. Sudah seharusnya negara hadir dan memberi solusi nyata,” pungkasnya.
Narasumber:
Prof. Dr. KH. Sutan Nasomal, SH, MH – Pakar Hukum Internasional, Ekonom, Presiden Partai Oposisi Merdeka, Jenderal Kompii, Pendiri/Pengasuh Ponpes ASS SAQWA PLUS Jakarta.
Kontak: 0811-8419-260