Profil Parpol: PDI-P Mengincar Hattrick di Senayan

HAK SUARA
20 Okt 2023 09:46
6 menit membaca

Bagi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), angka tiga — nomor urut dalam pemilihan umum (pemilu) 2019 dan 2024 nanti — punya banyak makna. Angka tiga melambangkan salam khas partai ‘Salam Metal’ yang kependekan dari ‘Merah Total’, warna khas partai berlambang banteng bermoncong putih.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P, Hasto Kristiyanto, menyebut angka tiga adalah falsafah Trisakti Bapak Bangsa, Dr. Ir. Soekarno atau Bung Karno, yaitu berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.

Bila menang pada pemilu 2024 nanti, PDI-P akan mencetak hattrick dengan tiga kemenangan pemilu berturut-turut.

Meski PDI-P tak asing lagi bagi para pemilih, tak ada salahnya mengenal partai yang kerap mengklaim sebagai ‘Partai Wong Cilik’.

Dari PNI ke PDI-P

PDI-P adalah salah satu dari sejumlah partai politik tertua di Indonesia. Partai Nasional Indonesia (PNI), yang didirikan pada 1927 oleh sejumlah tokoh nasional, yaitu Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr. Iskaq Tjokrohadisuryo dan Mr Sunaryo, menjadi cikal-bakal PDI-P.

Presiden pertama Indonesia, Sukarno, yang saat itu mengetuai klub cendekiawan bumiputra Algemeene Studie Club, juga salah satu tokoh PNI. PNI bertahan hingga masa Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.

Menurut Arsip Nasional, pada 1973, Presiden Soeharto menggabungkan partai-partai politik menjadi dua golongan besar yaitu golongan nasionalis dan Islamis. Partai-partai Islam digabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Partai-partai nasional, termasuk PNI dan sejumlah partai Kristen dilebur menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 10 Januari 1973.

Sejak penggabungan, sejumlah konflik internal maupun eksternal membelit PDIP, yang berpuncak pada perebutan kepemimpinan partai yang dikenal sebagai peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 (Kudatuli).

Pada Februari 1999, Megawati Soekarnoputri mendeklarasikan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Di bawah kepemimpinan Megawati, PDI-P bertahan dan terus berkembang menjadi salah satu partai politik terbesar di Indonesia.

Peristiwa Kudatuli juga melambungkan putri kedua proklamator Soekarno itu ke kancah perpolitikan nasional. Megawati adalah ikon PDI-P dan salah satu politisi perempuan Indonesia yang paling berpengaruh. Hingga saat ini, dia menjadi satu-satunya presiden perempuan Indonesia.

Marhaenisme adalah ‘koentji’

Ideologi Marhaenisme menjadi salah satu buah pikir Presiden Soekarno. Ideologi ini sangat kental mewarnai visi dan misi PDI-P. Pada prinsipnya, Marhaenisme menentang penindasan dan memperjuangkan kelompok masyarakat kecil yang hidup dalam kemiskinan dan tertindas meski memiliki alat produksi. Misalnya, para petani dan pekerja.

Ide itu tercetus dari percakapan Soekarno dengan seorang petani bernama Marhaen, yang ditemuinya ketika sedang bersepeda di bagian selatan Kota Bandung. Marhaen adalah seorang petani gurem yang punya lahan dan alat seadanya. Hasil sawah pun hanya cukup untuk bertahan hidup Marhaen dan keluarganya.

“Bangsa kita yang puluhan juta jiwa, yang sudah dimelaratkan, bekerja bukan untuk orang lain dan tidak ada orang bekerja untuk dia. Tidak ada pengisapan tenaga seorang oleh orang lain. Marhaenisme adalah Sosialisme Indonesia dalam praktik,” kata Soekarno.

Maka dari itu, PDI-P kerap mengidentifikasikan dirinya sebagai partai ‘wong cilik’.

Selain Marhaenisme, posisi politik PDI-P juga cenderung lebih ke arah nasionalis dan sekuler dengan menempatkan Pancasila sebagai ideologi politik.

Pengurus Partai

Ketua Umum : Megawati Sukarnoputri

Sekretaris Jenderal : Hasto Kristiyanto

Bendahara Umum : Olly Dondo Kambey

Naik turun si Banteng

Sejak didirikan pada pada 1999, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) selalu masuk jajaran tiga besar partai dengan suara terbanyak. Pada pemilu 1999, PDI-P langsung meraup suara terbanyak dengan memenangi 35.689.073 suara atau 33,74 persen dengan perolehan 153 kursi DPR RI.

Namun, perolehan suara PDI-P anjlok pada dua pemilu berikutnya, yaitu pada pemilu 2004 dan 2009, sebelum kemudian bangkit pada pemilu 2014 dan 2019.

Pada pemilu 2004, PDI-P berada di peringkat kedua dengan 20.710.006 suara atau 18.31 persen. Golkar menjadi pemenang pemilu 2004 yang merupakan pemilu pertama setelah amandemen Undang-Undang Dasar (UUD 1945) dan menandai perubahan pemilihan presiden dan wakil presiden menjadi pemilihan langsung, dari sebelumnya yang dipilih oleh DPR.

Lima tahun kemudian, PDI-P harus puas di peringkat ketiga dengan 14.576.388 suara atau 14.01 persen yang mewakili 94 kursi di DPR pada pemilu 2009. Namun, PDI-P berhasil bangkit dan meraih peringkat teratas dalam pemilu 2014 dan 2019 dengan masing-masing 18,95 persen dan 19,91 persen suara.

Capres-Cawapres

Koalisi PDI-P sudah menetapkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mohammad Mahfud MD sebagai calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada pemilihan presiden 2024.

Pilihan Mahmud sebagai pendamping Ganjar tidak mengejutkan. Nama Mahfud masuk dalam sejumlah survei tren elektabilitas cawapres, meski bukan terfavorit. Salah satunya survei yang digelar Lembaga Survei Nasional pada September.

“Megawati sejak Pilpres 2004 memang tidak pernah memilih cawapres yang diusung oleh partainya dengan berpijak pada hasil survei,” kata Umar Bakry, pendiri Lembaga Survei Nasional (LSN) kepada VOA.

Umar menjelaskan ada tiga alasan mengapa Mahfud dipilih mendampingi Ganjar. Pertama, Mahfud lebih diterima oleh masyarakat Jawa Timur dibandingkan dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno atau mantan gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, yang berada di posisi pertama dan kedua.

Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah dua lumbung suara utama PDI-P pada pemilu 2019. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), PDI-P meraup 5,76 juta suara di Jawa Tengah dan 4,32 juta suara di Jawa Timur.

“Kedua, Ganjar yang masih muda dan minim pengalaman nasional, perlu didampingi tokoh senior dan matang di panggung kepemimpinan nasional. Ketiga, Mahfud salah satu tokoh yang bisa diterima oleh Presiden Joko Widodo sehingga harapannya Jokowi akan mendukung penuh pasangan Ganjar/Mahfud,” imbuh Umar.

Partai-partai yang masuk dalam koalisi PDI-P adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hati Nurani Rakyak (Hanura), dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo).

Janji kampanye

Masalah swasembada pangan dan kesejahteraan petani, menjadi program utama PDI-P. Hal ini tak lepas dari ideologi Marhaen yang lekat dengan kehidupan petani.

Pada kampanye 2009, misalnya, Megawati membagikan bibit beras MSP yang singkatan dari “Mari Sejahterakan Petani” yang sempat juga diplesetkan sebagai singkatan nama Megawati sendiri. Bibit yang dikembangkan oleh kader PDIP bernama Surono itu diklaim bisa mencegah padi mengalami gagal panen.

Dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada awal bulan ini, PDI-P menawarkan konsep kedaulatan pangan baru yang disebut “Pangan-Plus”.

“Artinya, plus kehandalan bibit dan benihnya. Plus teknologi terapan on-farm dan off-farmnya, plus infrastruktur pertaniannya, dan terpenting plus kesejahteraan petani dan nelayannya,” ujar Megawati dalam pidato penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV yang berlangsung dari 29 September hingga 1 September 2023.

Apa kata pemilih?

Hasil jajak pendapat oleh sejumlah lembaga survei menunjukkan tren elektabilitas PDI-P masih tinggi, yaitu di atas presidential threshold pemilu 2024 yang ditetapkan sebesar 20 persen.

Presidential threshold adalah ambang batas perolehan suara sah nasional dalam pemilihan anggota DPR sebelumnya yang dibutuhkan partai atau gabungan partai untuk mengusung calon presiden (capres). Bila perolehan suara sebuah partai melewati ambang artinya partai tersebut tidak perlu berkoalisi dengan partai lain untuk mengusung pasangan capres-cawapres.

Berikut rangkuman hasil survei dari lima lembaga survei untuk 10 partai yang mendapat suara di atas ambang parlemen 4 persen pada pemilu 2019. Apakah anda sudah siap memilih?. [ft/dw]

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x