Putin di China untuk Bertemu ‘Sahabatnya’ Xi

HAK SUARA
17 Okt 2023 20:26
4 menit membaca

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di China pada hari Selasa (17/10) untuk bertemu dengan “sahabat baiknya” Xi Jinping dan memperkuat hubungan mereka pada pertemuan puncak yang dibayangi oleh perang Israel-Hamas.

China pekan ini menyambut perwakilan dari 130 negara yang menghadiri forum Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) – statregi pembangunan dan investasi global yang dicanangkan oleh Presiden Xi.

Tamu yang paling ditunggu-tunggu adalah Putin, yang sedang melakukan lawatan pertamanya ke sebuah negara besar dunia sejak invasi Ukraina yang membuat rezimnya terisolasi secara internasional.

Ia dijadwalkan mengadakan pembicaraan dengan Xi di sela-sela forum tersebut pada hari Rabu, kata Kremlin, sementara perang yang berkecamuk antara Israel dan organisasi militan Palestina Hamas membayangi pertemuan puncak tersebut.

“Selama perundingan, perhatian khusus akan diberikan pada isu-isu internasional dan regional,” kata Kremlin dalam sebuah pernyataan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat telah mendukung Israel sejak 7 Oktober, ketika Hamas melancarkan serangan paling mematikan dalam sejarah Israel, dengan menembaki, menikam dan membakar hingga tewas lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil.

Amerika Serikat telah meminta China agar menggunakan pengaruhnya untuk membantu meredakan perang, yang telah mengakibatkan lebih dari satu juta orang di Jalur Gaza yang diblokade mengungsi akibat pengeboman tanpa henti yang dilancarkan Israel sebagai pembalasan atas serangan tersebut.

China menengahi perjanjian antara pendukung utama Hamas, Iran, dan musuh regionalnya, Arab Saudi, awal tahun ini, dan akan mengirim utusannya untuk Timur Tengah Zhai Jun ke wilayah yang bergejolak itu pekan ini.

Tidak ada rincian yang diberikan mengenai ke mana atau kapan tepatnya Zhai akan melakukan perjalanan, meskipun stasiun televisi pemerintah China CCTV mengatakan ia akan mengupayakan gencatan senjata dan perundingan damai.

Rusia, yang secara tradisional menjaga hubungan baik dengan otoritas Israel dan Palestina, menyerukan “gencatan senjata segera” dalam konflik tersebut.

Di Beijing, Putin mempunyai misi untuk memperkuat ikatan yang sudah kuat dengan negara tetangganya yang komunis, meskipun para ahli mengatakan Moskow semakin menjadi mitra junior dalam hubungan tersebut.

China adalah mitra dagang terbesar Rusia, dengan perdagangan antara kedua negara itu mencapai rekor $190 miliar tahun lalu, menurut data bea cukai Beijing.

Beijing telah menuai kritik dari negara-negara Barat atas sikapnya terhadap perang di Ukraina, dan China bersikeras bahwa pihaknya netral meskipun menolak mengkritik invasi Moskow.

Ketika Xi melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow pada bulan Maret, Putin memuji “kemungkinan yang benar-benar tidak terbatas” yang ditawarkan oleh kemitraan kedua negara.

Meskipun forum Inisiatif Sabuk dan Jalan memberikan peluang baru bagi Putin dan Xi untuk menunjukkan aliansi mereka, para ahli memperkirakan tidak akan ada perjanjian besar baru yang akan diumumkan.

“Rusia sadar bahwa China tidak ingin menandatangani kesepakatan yang memicu publisitas besar-besaran,” Alexander Gabuev, direktur Carnegie Russia Eurasia Center, mengatakan kepada AFP. “China memegang kendali penuh,” katanya.

Xi memulai KTT pada hari Selasa dengan melakukan pembicaraan dengan Presiden Chili Gabriel Boric dan Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, kata media pemerintah China.

Ia kemudian bertemu dengan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, menggambarkan pemimpin konservatif itu sebagai “teman” dan berterima kasih atas dukungannya terhadap BRI, kata kantor berita pemerintah Xinhua.

Xi juga bertemu dengan perdana menteri Papua Nugini dan perdana menteri Ethiopia.

Menjelang forum tersebut, para diplomat terkemuka China dan Rusia menunjukkan rasa saling menghormati ketika mereka bertemu di Beijing pada hari Senin.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berterima kasih kepada China karena telah mengundang Putin sebagai “tamu utama” pada KTT tersebut, menurut pernyataan dari Moskow, yang kemudian mengatakan bahwa diplomat tertinggi tersebut akan berangkat ke Korea Utara setelah hadir di Beijing.

Putin dan Xi akan membahas hubungan kedua negara “secara keseluruhan” ketika mereka bertemu pekan ini, kata Lavrov kepada Wang.

Kedua negara berbagi aliansi simbiosis, dengan China menghargai peran Rusia sebagai benteng melawan Barat, dan Moskow semakin bergantung pada kemurahan hati Beijing dalam perdagangan dan dukungan geopolitik.

“Sejak Moskow memulai invasi besar-besaran ke Ukraina, negara ini berada dalam posisi yang sangat bergantung pada China,” kata Bjorn Alexander Duben dari Universitas Jilin China kepada AFP.

Inti dari kemitraan yang semakin dalam ini adalah hubungan antara Xi dan Putin, yang menggambarkan satu sama lain sebagai “teman baik”.

“Presiden Xi Jinping menyebut saya temannya, dan saya juga memanggilnya teman saya,” kata Putin kepada stasiun televisi pemerintah China, CGTN, sebelum kunjungannya, menurut sebuah pernyataan dari Kremlin. [ab/uh]

 

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x