Protes terhadap Israel dan sekutunya, Amerika Serikat, merebak di seluruh wilayah Timur Tengah pada Rabu (18/10), setelah sebuah ledakan di sebuah rumah sakit di Gaza menewaskan ratusan warga Palestina dalam insiden paling mematikan dalam perang Israel–Hamas.
Pasukan Israel menewaskan dua remaja Palestina di dekat Ramallah di Tepi Barat dalam protes yang berlangsung akibat ledakan yang terjadi pada Selasa (17/10)s malam di Rumah Sakit al-Ahli di Gaza, demikian menurut pejabat Palestina.
Lembaga peneyiaran Lebanon, al-Jadeed, memperlihatkan pasukan keamanan di Lebanon menembakkan gas air mata dan meriam air ke arah para demonstran yang melemparkan proyektil dalam protes yang disertai kekerasan dekat Kedutaan AS di Beirut utara.
Kelompok militan Hizbullah di Lebanon, yang didukung Iran, menyerukan berlangsungnya “hari kemarahan” pada Rabu sebagai kecaman atas serangan terhadap rumah sakit itu.
“Ameriksa itu setan, setan nyata, karena mendukung Israel, dan seluruh dunia buta. Apa kalian tidak melihat apa yang terjadi kemarin?” kata salah seorang pengunjuk rasa asal Lebanon, Mohammed Taher.
Pejabat Palestina menuduh serangan Israel sebagai penyebab ledakan di rumah sakit tersebut, sementara Israel mengatakan ledakan itu disebabkan oleh peluncuran roket yang gagal oleh kelompok militan Jihad Islam Palestina, yang telah membantah tuduhan itu.
Presiden AS Joe Biden yang sedang berkunjung ke Tel Aviv untuk bertemu dengan PM Israel Benjamin Netanyahu, berpihak pada penjelasan Israel tentang asal muasal ledakan itu dan berjanji akan meneruskan dukungan AS untuk negara Yahudi itu dalam perangnya melawan kelompok militan Hamas.
Unjuk rasa yang disponsori negara diselenggarakan di seluruh Iran, yang mendukung Hamas secara finansial. Demonstran membawa poster bertuliskan “Kematian untuk Amerika” dan “Kematian untuk Israel” dalam aksi tersebut.
“Setiap titik darah orang Palestina yang tewas dalam perang ini akan mendekatkan rezim Zionis [Israel] ini ke kejatuhannya,” kata Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam sebuah pidato yang ditayangkan di televisi.
Di Irak, sekitar 300 pendukung kelompok milisi Syiah yang didukung Iran melakukan protes dekat jembatan ke Zona Hijau yang dijaga, tempat Kedutaan Besar AS dan misi asing lainnya berada.
“Orang Amerika harus tahu bahwa dukungan mereka untuk teroris Israel akan menyebabkan kekalahan dan kehancuran mereka,” kata anggota milisi Said Ali Akbar sambil mengibarkan bendera Palestina.
Di Amman, para demonstran Yordania yang berencana berpawai ke Kedutaan Israel yang dijaga ketat, dicegah oleh polisi antihuru-hara. Pihak kepolisian mengatakan beberapa petugas mereka mengalami cedera dalam bentrokan dengan demonstran yang membakar properti di dekat Kedutaan.
“Jangan ada kedutaan Zionis di bumi Arab,” teriak demonstran setelah melakukan salat Zuhur.
Di Tunisia, demonstran membakar bendera Israel dan Amerika Serikat dan menuntut pengusiran duta besar AS dan Prancis yang menurut mereka memberi dukungan penuh kepada Israel.
“Orang Palestina tidak punya makanan, air, dan mereka dibom. Ini genosida. Bukan perang. Ini kejahatan. Kita harus menemukan solusi,” kata Ines Laswed, seorang demonstran.
Demonstran meneriakkan slogan-slogan yang mendukung Hamas, termasuk “Pembalasan…pembalasan.. Oh Hamas, jatuhkan bom di Tel Aviv.”
Di Yaman, ribuan berbaris di ibu kota Sanaan. Mohammed Ali Al-Rammah dari gerakan Houthi yang berkuasa mengecam apa yang disebutnya sebagai kebohongan dan kebencian Israel. [jm/ka]
Sejumlah informasi dalam laporan ini berasal dari The Associated Press, Agence France-Presse dan Reuters.
Tidak ada komentar