Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa
OPINI—Itulah lagu terkait guru yang sarat makna, mengingat betapa besar jasa guru dalam membantu mencerdaskan anak bangsa. Guru pun biasa disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Bukan karena tidak berjasa, tapi karena kita tidak bisa membalas jasanya.
Dari itu, pada setiap bulan November bangsa tercinta ini biasa memperingati Hari Guru. Tentu banyak kisah bagaimana perjuangan para guru dalam mengajar dan mendidik siswanya dengan harapan mereka dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan sukses di masa yang akan datang.
Tak hanya itu, Hari Guru adalah hari untuk menunjukkan penghargaan terhadap guru. Hari Guru Nasional pun diperingati bersama hari ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Hari itu ditetapkan Presiden Soeharto pada tanggal 25 November 1994, dengan sebuah Keputusan Presiden, yaitu Kepres Nomor 78 tahun 1994 tentang Hari Guru Nasional (Wikipedia).
Namun di balik peringatan hari guru tersebut, tidak sedikit cerita duka yang kadang di hadapi oleh para guru tersebut. Sebagaimana belum lama ini Polisi menangkap MAR (17 tahun), siswa salah satu madrasah aliyah (MA) di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, yang menganiaya seorang guru tersebut dengan menggunakan senjata tajam.
Peristiwa itu dipicu saat korban Fatkur melarang anak didiknya itu mengikuti ujian karena belum mengerjakan tugas wajib yang menjadi syarat ikut tes (Republika, 26-09-2023).
Selain itu, seorang siswa SMP Negeri 2, Kabupaten Luwu Utara berinisial AP tega menganiaya guru prempuan hingga mengalami trauma.
Guru bernama Hasna itu dipukul pelaku AP di bagian dada dan punggung. Pelaku memukul gurunya hanya karena tidak terima ditegur usai menganiaya siswa lain (Inews, 06-11-2023).
Kedua kasus tersebut merupakan secuil fakta, bagaimana perlakukan siswa atas gurunya yang sungguh tak sepantasnya dilakukan anak didik kepada gurunya. Kasus tersebut pun tak menutup kemungkinan jumlahnya lebih banyak lagi, namun tak terekspose oleh media.
Sungguh amanah menjadi seorang guru bukanlah perkara yang mudah. Di pundak mereka diharapkan mampu membantu tugas orang tua dalam membentuk anak didik yang tak hanya pandai secara akademis, namun lebih dari itu memiliki budi pekerti yang luhur. Harapannya agar generasi yang akan datang bisa lebih baik lagi.
Apalagi tugas mengajar dan mendidik tak cukup, jika hanya diserahakan pada lingkungan sekolah dalam hal ini guru. Karena sesungguhnya, hal itu perlu adanya sinergi antara peran lingkungan keluarga khususnya orang tua, apalagi orang tua merupakan pendidik yang utama dan pertama.
Begitu juga peran lingkungan masyarakat, di mana lingkungan tersebut merupakan tempat mereka bergaul juga dan tak bisa dimungkiri dari situ mereka dapat terpengaruh dengan berbagai hal, baik yang bersifat positif maupun negatif.
Peran negara pun turut andil dalam menjadikan generasi penerus bangsa ke depannya menjadi lebih baik yang mana tak hanya cerdas secara sains dan teknologi, tetapi cerdas pula secara spiritual. Mengapa demikian? Karena negara memiliki wewenang dalam menentukan arah kebijakan di tengah-tengah masyarakat.
Sebagai contoh negara memiliki kebijakan dalam mengendalikan apa saja tanyangan-tanyangan yang dapat ditampilkan di media, baik online maupun offline. Sebab, sulit dimungkiri bahwasanya saat ini berbagai kalangan dari anak-anak hingga dewasa sangat mudah sekali untuk mengakses media-media yang minim edukasi, berbau kekerasan bahkan tindakan asusila yang tak layak ditonton.
Maka dari itu, sungguh penghargaan terhadap guru merupakan sesuatu yang tak dapat diukur dengan materi. Mengingat besarnya amanah yang mereka emban. Guru pun merupakan salah satu aspek terbesar dalam penyebaran ilmu, apalagi jika yang disebarkan adalah ilmu yang mulia.
Untuk itu tidak berlebihan apabila anak didik bersikap hormat dan patuh pada aturan guru. Sebagaimana Imam Ahmad meriwayatkan hadis mengenai bagaimana Rasulullah mendidik para sahabat agar memberikan hak dan penghormatan kepada guru.
Sabda Rasulullah, “Bukanlah dikalangan umatku mereka yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, mereka yang tidak menyayangi anak-anak kecil, dan mereka yang tidak memberikan hak kepada guru kami. (HR Ahmad)
Hadis tersebut menyiratkan bahwa mereka para guru mesti diperlakukan sesuai dengan haknya. Sikap dan tutur kata yang baik merupakan kewajiban yang tidak boleh diabaikan bagi seorang murid.
Karenanya, sudah sepatutnya seorang murid berlaku baik kepada gurunya, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Karena hal itu akan berpengaruh terhadap ilmu yang ia dapatkan.
Sebagaimana DR. Umar As-Sufyani Hafidzohullah mengatakan, “Jika seorang murid berakhlak buruk kepada gurunya maka akan menimbulkan dampak yang buruk pula, hilangnya berkah dari ilmu yang didapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya, atau tidak dapat menyebarkan ilmunya. Itu semua contoh dari dampak buruk.”
Pun para Salaf, suri tauladan untuk manusia setelahnya telah memberikan contoh dalam penghormatan terhadap seorang guru. Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu ‘anhu berkata,
“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).
Dengan demikian, tidak mudah mengondisikan anak didik memiliki budi pekerti yang luhur jika kondisi yang ada tidak mendukung. Karena itu, seyogianya ada keterpaduan tiga pilar penting dalam membantu membentuk anak didik yang beradab, yakni lingkungan keluarga, masyarakat dan negara yang mana hal tersebut akan membantu keberhasilan membentuk generasi yang berkualitas. Wallahu a’lam. (*)
Penulis
Fitri Suryani, S.Pd
(Guru dan Penulis Asal Konawe)
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.
Tidak ada komentar