OPINI—Angka kemiskinan kini makin memprihatinkan. Harapan yang masih jauh bagai melihat fatamorgana, jika dikaitkan dengan target pemerintah membawa Indonesia pada angka nol persen untuk kemiskinan ekstrem. Memahami makna dari kemiskinan ekstrem adalah kondisi ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar. Mulai dari makanan, air bersih, sanitasi layak, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan dan akses informasi terhadap pendapatan dan layanan sosial.
Melihat banyaknya pemenuhan yang menjadi tugas utama negara untuk merealisasikan memang sangat sulit. Beberapa daerah telah terlihat makin berusaha karena melihat target yang tidak ada titik cerah bagi rakyat. Pemkab Bintan menggelar rapat validasi pendataan keluarga tahun 2024, Bandar Seri Bentan, Kantor Bupati Bintan. Rapat itu dipimpin oleh Wakil Bupati Bintan Ahdi Muqsith, dengan agenda, Pembahasan Sasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) (hariankepri.id 19/02/24)
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Pontianak bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak menggelar Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka Sinergitas dan Sinkronisasi Program Pemkot Pontianak dalam penurunan angka kemiskinan dan percepatan penurunan stunting di Aula Rohana Muthalib Bappeda Kota Pontianak, (20/2/24).
Memburu target 2024 menuju angka kemiskinan ekstrem nol berbagai daerah melakukan berbagai cara untuk mencapainya. Hanya saja nampak bahwa hal tersebut sulit untuk diwujudkan, penurunan justru merangkak lambat hanya mencapai 1 hingga dua persen beberapa daerah. Sementara sekarang sudah akan memasuki bulan Maret
Secara global, terdapat 333 juta anak yang hidup dalam kemiskinan ekstrem, berjuang untuk bertahan hidup dengan pendapatan kurang dari 2,15 dolar AS (Rp33.565) per hari, dan hampir satu miliar anak hidup dalam kemiskinan multidimensi,” kata Direktur Global Kebijakan Sosial dan Perlindungan Sosial UNICEF. (Kumparan.com 15/2/24).
Dampak Kemiskinan ekstrem ini tentunya juga menimpa anak, bahkan imbasnya banyak dirasakan oleh mereka sebagai pelanjut generasi. Kemiskinan ekstrem ini sejatinya menjadi problem dunia, bukan hanya satu atau beberapa negara. Justru banyak negara mengalami dampak ini jadi bukan hanya di Indonesia.
Membahas lebih dalam akan makin tercerahkan titik masalah ada dimana. Persoalan kemiskinan ekstrem menandakan adanya persoalan sistemik yang dihadapi dunia. Sumbernya ada pada penerapan sistem kapitalis. Sistem rusak yang hanya sibuk menyelesaikan masalah ketika masalah terjadi dengan penyelesaian tambal sulam.
Penerapan sistem rusak ini, anak akan mengalami banyak problem kehidupan yang akan berpengaruh pada nasib dunia pada masa yang akan datang. Sebab mereka lah yang akan melanjutkan tongkat estafet kehidupan. Melihat tidak mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan dari life style yang dibawa dari asing.
Perlindungan sosial negara hari ini ibarat mengarah hujan pada ember bocor, sistem ekonomi kapitalis, yang tak akan membuat generasi sejahtera. namun hanya mensejahterakan para oligarki. Akhirnya yang diberikan solusi pada rakyat adalah solusi mandiri, berusaha sendiri untuk sibuk memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing.
Sistem ini memberi kebebasan dalam kegiatan ekonomi sehingga pengusaha dapat menguasai hajat hidup rakyat termasuk menguasai sumber daya Alam. Kondisi ini merupakan konsekuensi dari reinventing goveerment, di mana negara hanya berperan sebagai fasilitator atau dalam arti perantara untuk memuluskan keinginan perusahaan tertentu bukan fokus pada kesejahteraan generasi.
Cara kerja tentu seperti jual beli terhadap rakyat. Perusahaan jelas akan mengambil untung, sementara rakyat akan hidup miskin. Kondisi ini menjadi ancaman terhadap keselamatan generasi, dan masa depan bangsa.
Untuk menghilangkan kemiskinan ekstrem terlebih dahulu mencabut sistem rusak dengan mengganti sistem yang mampu mensejahterakan masyarakat dan generasi per individu.
Sistem itu hanya ditemukan dalam Sistem Islam. Sebab Islam tidak hanya datang sebagai agama tapi untuk menangani kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan, yang berarti Islam tidak hanya akidah tapi juga mencakup sistem politik, sosial, budaya dan perekonomian yang ditunjukkan untuk seluruh manusia. Islam dilengkapi dengan sistem dan konsep ekonomi yang bertujuan sebagai panduan bagi manusia dalam melakukan kegiatan ekonomi.
Pada awal perkembangan ekonomi Islam yaitu saat hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah, beliau hanya melakukan beberapa strategi untuk menegakan negara, seperti membangun masjid, menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar, lalu membuat konstitusi negara. Konstitusi tersebut sudah termasuk bagaimana beliau mensejahterakan rakyat dalam hal perekonomian.
Islam mewajibkan negara mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui berbagai mekanisme yang sudah ditetapkan dalam sistem Islam termasuk dalam perlindungan generasi dari kemiskinan ekstrem. Pemenuhan kebutuhan sandang pangan papan akan dibantu oleh negara dalam memenuhinya. Bahkan dalam aspek pendidikan, kesehatan dan keamanan menjadi kewajiban negara dalam memenuhinya. Wallahua’lam bi shawab. (*)
Penulis:
Sri Rahmayani, S.Kom
(Aktivis Pemerhati Perempuan dan Generasi)
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.
Tidak ada komentar