Valentine Day: Hegemoni Budaya Barat

HAK SUARA
15 Feb 2024 13:42
Ragam 0 132
4 menit membaca

OPINI—Perayaan Valentine (Valentine Day) yang dirayakan pada setiap tanggal 14 Februari merupakan salah satu perayaan yang dirayakan hampir seluruh dunia. Khususnya oleh remaja atau pasangan yang ingin mengungkapkan kasih sayang melalui ucapan romantis dengan kartu valentine, pemberian hadiah, seperti bunga, cokelat,kue, boneka, berlian dan lain sebagainya.

Kenyataan saat ini menunjukan bahwa perayaan hari Valentine diterima hampir di seluruh dunia sebagai bagian dari budaya masyarakat.

Parahnya, remaja muslim dan muslimah pun turut menyemarakkan perayaan hari Valentine Day ini. Banyak di antara mereka yang merencanakan dan membocking tempat untuk memperingati hari berkasih sayang itu di hotel-hotel, cafe-café, di puncak, dan di berbagai tempat lainnya.

Dari tahun ke tahun, Valentine’s Day telah menelan banyak korban. Di antara mereka ada yang mati konyol saat pesta miras dan dugem, hamil di luar nikah, dan kecelakaan setelah menggunakan narkotika pada moment perayaaan Valentine’s Day.

Bukan hanya itu, penjualan kondom juga melonjak tajam. Sangat laris dan terjangkau harganya. Dikemas sedemikian rupa bersama coklat, membuat alat kontrasepsi tersebut sangat diincar pada saat perayaan Valentine’s Day.

Mall-mall ataupun minimarket malah memfasilitasi maksiat tersebut, tidak sedikit dari pedagang yang berlomba-lomba menghias toko dengan pernak-pernik serba pink dan coklat agar menarik perhatian para konsumen. Demi meraup keuntungan lebih, mereka mengesampingkan alasan kerusakan generasi.

Fenomena seperti inilah yang kita saksikan pada generasi millenial era kapitalis. Kehidupan dijalankan atas nama hedon. Kehidupan serba bebas sangat digandrungi anak-anak remaja sekarang.

Pada kenyataannya, tak sedikit generasi muslim sekarang yang justru mengotori akidahnya. Remaja muslim masih dangkal pemikirannya. Pola kehidupan mereka sangat mencontoh budaya-budaya Barat. Mengikuti hawa nafsu dan menabrak aturan ilahi. Atas nama kebebasan berperilaku dan berkespresi mereka justru menggadaikan agamanya dengan kehidupan dunia yang sifatnya fana.

Biang kerok masalah ini adalah kehidupan sekularisme yang telah menjangkiti negeri muslim. Paham yang menjauhkan manusia dari aturan agamanya, sehingga wajar kiranya kemaksiatan demi kemaksiatan justru membendungi kehidupan. Akibat budaya Valentine’s day munculah kasus hamil di luar nikah, anak zina, aborsi, penyakit kelamin dll.

Patut diketahui, acara Valentine’s Day  bukanlah berasal dari tradisi Islam. Hari berkasih sayang tidak hanya dikhususkan pada tanggal 14 Februari saja. Dan kasih sayang tersebut tidak ditujukan kepada kekasih atau pacar yang tak ada hubungan secara legal menurut kacamata agama misalnya hubungan karena pernikahan atau nasab.

Jika kita melihat sejarah, hari kasih sayang seperti itu bukanlah berasal dari Islam. Budaya ini berasal dari sejarah kaum Nasrani dalam merayakan kematian seorang pendeta, St. Valentine, Ia dihukum mati karena menyatukan cinta sepasang kekasih tahun 278 M.

St. Valentine dihukum mati karena aksinya dinilai bertentangan dengan kebijakan kaisar Roma, Cladius 11. Pada masa itu, kaisar melarang segala bentuk pernikahan dan pertunangan di Roma.

Pemuda-pemuda harus siap menjadi tentara untuk bela negara di medan perang. Hingga sekarang, 14 Februari  menjadi perayaan global di seluruh dunia, sebagai hari kasih sayang.

Dari sejarah tersebut, kita bisa melihat perayaan tersebut tak ada hubungannya sama sekali dengan Islam.

Bahkan bisa dikatakan, perayaan Valentine Day merupakan salah satu penyimpangan akidah. Hal ini senada dengan hadits Rasulullah SAW “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. at-Tirmidzi).

Jangan sampai, karena alasan trend dan gaul, kita justru melanggar syariat Islam. Karena bisa jadi perayaan yang dilaksanakan satu malam saja justru menggugurkan keimanan kita. Padahal kita tahu konsekuensi syahadat adalah menjalanakan syariat-Nya baik itu Al-Qur’an maupun As-Sunnah.

Ingatlah, bahwa sebaik-baik muslim adalah yang senantiasa memurnikan ketaatannya kepada Allah SWT, tanpa sejengkal pun melanggar syariat-Nya. Karena akan ada konsekusensi yang kelak akan ditanggung, yakni pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

Maka, sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita tidak ikut-ikutan budaya kaum sekuler yang hanya melampiaskan hawa nafsu mereka dengan berdalih bahwa apa yang mereka lakukan adalah atas nama cinta dan kasih sayang.

Padalah Islam sendiri sudah mengatur dan memerintahkan kita untuk berkasih sayang dan saling mencintai yang sesuai dengan syariat Islam dan hanya mengharap ridha Allah SWT. (*)

 

 

Penulis:
Rima Septiani, S.Pd
(Pemerhati Sosial)

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x