Walikota Aaf : Kota Pekalongan Diambang Darurat Sampah

RED. JATENG
29 Jul 2024 12:50
Berita 0 74
3 menit membaca

liputan4.com Jateng
27/7/2024
Kota Pekalongan – Kota Pekalongan diambang darurat sampah. Hal ini dikarenakan TPA Degayu, sebagai satu-satunya tempat berakhirnya seluruh sampah Kota Pekalongan,

Diiprediksi hanya akan mampu menampung sampah sampai akhir 2024 atau awal tahun 2025.

Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan mendorong adanya kesadaran warga masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga dalam pengelolaan sampah.

Partisipasi masyarakat dibutuhkan khususnya dalam pengelolaan sampah dari rumah sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) kemudian, diangkut menuju ke Tempat Pemrosesan akhir (TPA) Degayu.

Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid
Menjelaskan “Bahwa persoalan sampah di Kota Pekalongan saat ini kondisinya sudah darurat.

Sebab, di TPA Degayu ini sudah melebihi kapasitas (overload) ungkap Mas Aaf, sapaan akrabnya,

Serta Aaf juga menyadari bahwa, persoalan sampah ini menjadi kendala dan permasalahan pelik di hampir semua kabupaten/kota yang ada di Indonesia, termasuk Kota Pekalongan.

“Ada banyak hal yang mempengaruhi pengelolaan sampah di Kota Pekalongan belum maksimal.

Faktor tersebut, diantaranya program pemerintah melalui dinas terkait harus bisa mengurangi sampah secara signifikan baik sampah yang dipilah masyarakat dari sampah rumah tangga, bank sampah, dan yang masuk ke TPA Degayu, dimana per hari ini sampah yang masuk ke TPA sudah sekitar 130 ton per harinya,”ucapnya usai Groundbreaking Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kuripan Kertoharjo, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan, Senin (22/7/2024).

Mas Aaf menyampaikan bahwa sebagian masyarakat mungkin sudah ada yang tertib membuang sampah, namun begitu diangkut di truk sampah dijadikan satu (dicampur). Selain itu, perlunya dioptimalkan kembali pilah sampah dari rumah dan mengubah sampah menjadi berkah (pundi-pundi rupiah).

“Kalau semua masyarakat sudah memiliki kesadaran membuang sampah di tempatnya, maka sampah akan semakin berkurang. Saya mengajak kepada semuanya untuk lebih peduli dan bijak dalam membuang sampah. Sebab, kalau TPA Degayu sudah overload, maka sampah akan dibuang kemana lagi? Sebaik apapun program pemerintah yang sudah dilaksanakan dan sebanyak apapun biaya yang sudah dikeluarkan akan menjadi percuma dan sia-sia jika tidak dibarengi dengan partisipasi dan kesadaran masyarakatnya,”tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan, Sri Budi Santoso menjelaskan, salah satu kendala permasalahan sampah saat ini hampir tidak terpilah dari produsen sampah. Sehingga, perlunya memilah sampah akan sangat membantu mengurangi tumpukan sampah yang ada di TPA. Dimana, 60-64 persen sampah yang dihasilkan masyarakat adalah sampah organik, sementara sampah anorganik setelah dipilah dapat menjadi barang yang bermanfaat bahkan bernilai ekonomi

“PR bersama adalah melakukan pengolahan sampah organik yang mencapai 60 persenan. Sedangkan, teknologi yang sudah dilakukan jajaran DLH yakni composting (proses penguraian bahan organik secara biologis untuk menghasilkan pupuk alami) dan budidaya maggot,”ungkap SBS, sapaan akrabnya.

Pihaknya tak henti-hentinya menghimbau kepada masyarakat agar turut berpartisipasi mengolah sampahnya secara tanggungjawab dan bijak.

Hal ini penting, mengingat sampah ini dihasilkan oleh semua orang, sementara kapasitas TPA Degayu sudah semakin overload.

Sehingga, diperlukan tanggungjawab dan kerjasama dalam mengolah sampah yang dihasilkan masing-masing.

“Tentu bisa melalui komunitas-komunitas kewilayahan, ataupun individu masing-masing. Terhitung Januari-Mei 2024 rata-rata sudah 130 ton sampah masuk ke TPA Degayu per harinya.

Jumlah tersebut termasuk tinggi, sebab potensi sampah yang dihasilkan sekitar 160 ton. Artinya, sudah hampir 85 persen sampah tersebut masuk ke TPA,”pungkasnya.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x