Amerika Serikat (AS) mengatakan pos perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir akan dibuka kembali, tetapi waktunya masih belum jelas. Sementara itu PBB memperingatkan tentang kondisi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza dan Israel memberitahu warga Palestina yang tinggal di bagian utara wilayah kantong itu untuk meninggalkan tempat tersebut sebelum berlangsungnya operasi militer.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang kembali ke Israel pada hari Senin setelah mengunjungi beberapa negara lain di kawasan tersebut, mengatakan, AS bekerja sama dengan Mesir, Israel dan PBB untuk memastikan bantuan dapat masuk ke Gaza dan menjangkau mereka yang membutuhkan.
“Selama beberapa hari ini, saya bepergian ke Israel, Yordania, Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan Mesir,” kata Blinken hari Senin di X. “Apa yang saya dengar dari setiap mitra adalah pandangan bersama untuk mencegah konflik meluas, menyelamatkan nyawa orang-orang tak bersalah, dan mengirim bantuan ke mereka yang membutuhkannya di Gaza.”
Kantor PM Israel Benjamin Netanyahu mengemukakan dalam pernyataan hari Senin bahwa tidak ada kesepakatan mengenai gencatan senjata yang akan memungkinkan bantuan masuk ke Gaza dan orang-orang asing keluar dari wilayah itu.
Kepala badan PBB untuk urusan pengungsi Palestina Philippe Lazzarini, Minggu (15/10), mengatakan bahwa Gaza “dicekik” dan bahwa dalam waktu dekat pasokan air, makanan dan obat-obatan akan habis.
“Serangan pekan lalu terhadap Israel sangat mengerikan,” katanya kepada wartawan. “Serangan dan penyanderaan merupakan pelanggaran menyolok terhadap hukum humaniter internasional. Tetapi tanggapan atas pembunuhan warga sipil bukanlah dengan membunuh lebih banyak lagi warga sipil.”
Sekjen PBB Antonio Guterres meminta militan Hamas yang menyerang Israel dan menyandera lebih dari 150 orang agar segera membebaskan mereka tanpa syarat. Ia juga mendesak Israel agar membuka akses tanpa hambatan bagi pasokan kemanusiaan dan pekerja ke Gaza.
“Masing-masing dari kedua tujuan ini valid. Hal-hal itu tidak boleh menjadi alat tawar menawar,” kata Guterres dalam sebuah pernyataan.
Netanyahu pada Minggu bersumpah akan “menghancurkan Hamas” sementara 300 ribu tentara Israel berkumpul di perbatasan di Jalur Gaza menjelang apa yang diperkirakan sebagai invasi darat untuk mencari dan menyerang militan Hamas.
Serangan Hamas telah menewaskan 1.300 orang Israel dan warga negara asing. Israel sendiri telah meluncurkan ratusan serangan udara dan rudal terhadap Gaza dan menewaskan 2.670 orang Palestina.
“Hamas mengira kita akan hancur,” kata Netanyahu. “Kamilah yang akan menghancurkan Hamas.” Ia mengatakan unjuk persatuan politik “mengirimkan pesan jelas kepada bangsa, musuh, dan dunia.”
Tiga puluh orang Amerika tewas dalam pertempuran tersebut dan 13 lainnya belum ditemukan.
Presiden AS Joe Biden menyatakan dukungan bagi tanggapan Israel terhadap Hamas, dengan mengatakan dalam wawancara yang ditayangkan Minggu malam dalam acara “60 Minutes” di stasiun televisi CBS bahwa Israel “akan memburu sekelompok orang yang terlibat dalam barbarisme yang sama seperti Holokos.”
Biden mengatakan Israel akan berbuat “apapun yang mungkin mereka lakukan untuk menghindari pembunuhan warga sipil tak bersalah.”
Ia juga mengatakan suatu “kesalahan besar” kalau Israel menduduki Jalur Gaza. [uh/ab]
Tidak ada komentar