Jakarta – Menanggapi pernyataan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhaimin Iskandar yang menyebut bahwa “kalau ada yang tidak tumbuh dari bawah, pasti bukan PMII, itu HMI”, keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menyatakan keberatan dan meluruskan persepsi keliru tersebut.
HMI merupakan organisasi mahasiswa Islam independen yang telah berdiri sejak 5 Februari 1947 di Yogyakarta. Didirikan oleh Lafran Pane dan para mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII), HMI lahir dari rahim perjuangan bangsa pascakemerdekaan. Sejak awal, HMI tidak sekadar hadir sebagai organisasi, tetapi sebagai gerakan intelektual, moral, dan sosial yang membumi bersama rakyat.
“Pernyataan tersebut tidak berdasar. HMI adalah satu-satunya organisasi mahasiswa Islam yang telah eksis lebih dari 77 tahun, dengan sistem kaderisasi bertingkat yang kuat dari tingkat Komisariat, Cabang, Badko, hingga Pengurus Besar”, tegas Wasekjend Internal PB HMI, Oktaria Saputra. Senin (14/07/2025)
Selama puluhan tahun, HMI membina kader secara sistematis melalui pelatihan formal, diskusi ideologis, hingga pengabdian sosial langsung ke masyarakat. Ribuan kader HMI telah menjadi intelektual, aktivis sosial, dan pemimpin bangsa yang tumbuh melalui proses kaderisasi panjang dan konsisten-bukan instan atau sekadar jembatan ke kekuasaan.
Dalam sejarah bangsa, HMI telah memainkan peran sentral dalam menjaga integritas keindonesiaan dan keislaman. Dari masa Orde Lama hingga Reformasi, HMI hadir di garis depan perjuangan demokrasi, hak-hak rakyat, dan keutuhan bangsa. Dalam praktiknya, kader HMI kerap menjadi motor intelektual di kampus, agen perubahan di masyarakat, dan juru bicara keadilan sosial.
HMI juga menegaskan bahwa keberadaan kader atau alumni dalam pemerintahan tidak menjadi alasan untuk menilai organisasi ini tidak “tumbuh dari bawah.”Kekuasaan bukan tujuan, melainkan sarana untuk memperjuangkan cita-cita umat dan bangsa.
“Tumbuh dari bawah bukan sekadar jargon. Bagi kami, itu adalah kerja panjang, terstruktur, dan penuh pengorbanan. Kami tidak pernah mendirikan HMI untuk kepentingan segelintir elit,” tambahnya.
HMI mengajak seluruh elemen bangsa, khususnya organisasi kemahasiswaan, untuk saling menghormati sejarah, kontribusi, dan perjuangan masing-masing. Perbedaan adalah kekayaan, namun menghormati rekam jejak adalah keadaban.
Sebagai organisasi mahasiswa Islam tertua dan terbesar, HMI tetap berkomitmen menjadi rumah kaderisasi intelektual, laboratorium pemimpin bangsa, dan pelayan umat tanpa pamrih. Kritik dan perbandingan tidak boleh menjatuhkan, tapi harus membangun semangat kebersamaan demi Indonesia yang lebih baik.
HMI bukan hanya tumbuh dari bawah – tetapi juga mengakar dalam sejarah, berpijak pada ilmu, dan bergerak untuk umat dan bangsa.