Oktaria Saputra: Suara Perubahan dari Daerah untuk Indonesia

NOVA ISKANDAR
31 Jul 2025 10:20
Nasional 0 5
3 menit membaca

Dalam lanskap sosial-politik Indonesia yang dinamis dan penuh tantangan, hadir sosok muda yang tak hanya berani bersuara tetapi juga konsisten menggerakkan perubahan nyata – Oktaria Saputra. Lahir dan besar di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, Oktaria adalah cerminan anak muda daerah yang mengabdikan hidupnya untuk kepentingan masyarakat luas melalui jalur advokasi, organisasi, dan pemikiran kritis.

Sejak masa mahasiswa, Oktaria telah menunjukkan komitmen kuat dalam dunia pergerakan. Ia aktif dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), organisasi mahasiswa terbesar dan tertua di Indonesia, hingga kemudian dipercaya menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Internal Pengurus Besar HMI (PB HMI). Jabatan ini memberinya panggung nasional untuk turut membentuk arah gerakan mahasiswa, merespons kebijakan negara, serta mengawal berbagai isu strategis yang menyangkut keadilan, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat.

Melampaui batas ruang kampus dan organisasi, Oktaria memperluas pengabdiannya dalam ranah sosial-politik melalui kepemimpinannya sebagai Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Perhimpunan Gerakan Nusantara Raya (DPP PGNR). Di bawah kepemimpinannya, PGNR menjadi gerakan pemuda dan masyarakat sipil yang lantang menyuarakan reformasi birokrasi, pemberantasan korupsi, perlindungan lingkungan hidup, serta keadilan sosial bagi kelompok rentan dan termarjinalkan. Oktaria menegaskan bahwa perjuangan rakyat tidak boleh berhenti hanya pada wacana, tetapi harus menyentuh ranah kebijakan dan aksi nyata.

Komitmennya terhadap pendidikan, intelektualitas, dan kebudayaan diwujudkan lewat karya tulis. Pada tahun 2024, ia menerbitkan buku bertajuk “Membaca Kembali Indonesia”, sebuah refleksi kritis dan tajam mengenai perjalanan bangsa, dilema pembangunan, identitas keindonesiaan, serta peran generasi muda dalam membentuk masa depan negara. Buku tersebut bukan hanya menjadi karya literasi, melainkan juga manifestasi dari gagasan besar Oktaria tentang bangsa yang merdeka secara pikiran, adil dalam kebijakan, dan kuat dalam kebersamaan.

Di tengah gemuruh isu nasional, Oktaria juga tak meninggalkan akar lokalnya. Ia aktif menyuarakan persoalan-persoalan yang terjadi di daerah, terutama di tanah kelahirannya, Lahat. Salah satu sorotan penting yang ia angkat adalah soal runtuhnya infrastruktur publik seperti Jembatan Muara Lawai. Ia menekankan pentingnya supremasi hukum, transparansi proyek pemerintah, dan asas praduga tak bersalah dalam menanggapi berbagai tuduhan serta kampanye hitam yang merugikan banyak pihak. Baginya, keadilan harus ditegakkan, bukan dipolitisasi.

Selain itu, ia juga kritis terhadap proyek-proyek besar seperti PIK 2 yang dinilainya mengabaikan prinsip-prinsip keadilan ekologis dan sosial. Dalam berbagai pernyataannya, Oktaria menyerukan agar pembangunan tidak mengorbankan rakyat kecil, ekosistem, dan ruang hidup komunitas adat dan lokal. Ia percaya bahwa pembangunan sejati adalah yang berpihak pada rakyat, berlandaskan etika, dan menjamin keberlanjutan generasi masa depan.

Lebih dari sekadar aktivis, Oktaria Saputra adalah pemikir muda yang menempatkan nilai keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan sebagai poros perjuangan. Ia tidak sekadar tampil dalam forum dan media, tetapi hadir dalam aksi nyata, dialog masyarakat, dan kerja-kerja pemberdayaan. Kepemimpinannya merangkul banyak kalangan – dari mahasiswa, petani, nelayan, perempuan, hingga komunitas adat dan pekerja urban.

Dengan integritas yang kuat, keberanian moral, dan ketajaman analisis, Oktaria telah menjadi salah satu representasi generasi muda yang mampu menjawab tantangan zaman. Ia berdiri bukan sebagai produk elit politik, tetapi sebagai anak bangsa yang tumbuh bersama rakyat, menyuarakan harapan mereka, dan memperjuangkan masa depan yang lebih adil dan berdaulat.

x
x