Houthi dan Pelajaran di Laut Merah

HAK SUARA
7 Mar 2024 20:43
Ragam 0 105
7 menit membaca

OPINI—Milisi Houthi kembali “mengamuk” di Laut Merah. Dalam rilis terbarunya, kelompok itu mengatakan telah menyerang kapal kargo militer Amerika Serikat (AS) di lepas pantai Yaman.

“Houthi memimpin operasi militer yang menargetkan kapal kargo militer Amerika Ocean Jazz di Teluk Aden dekat Laut Merah, dengan rudal,” kata juru bicara militer Huthi Yahya Saree, “Akan terus mencegah kapal-kapal Israel melintasi Laut Merah dan Teluk Aden sampai akhir perang di wilayah Palestina,” (CNBC Indonesia, 23/1/2024)

Dalam sidang Dewan Keamanan PBB dikatakan bahwa sejak 19 November 2023 setidaknya sudah ada 24 serangan Houthi yang menghambat perdagangan global. Rangkaian serangan itu juga telah merusak hak serta kebebasan navigasi serta perdamaian dan keamanan regional.

Mereka akan menuntut pembebasan kapal Galaxy Leader, kapal pertama yang diserang Houthi di Laut Merah, kapal kargo yang dioperasikan Jepang dan memiliki hubungan dengan perusahaan Israel itu disita beserta seluruh awaknya.

Serangan Houthi di Laut Merah

Houthi menyerang kapal-kapal di Laut Merah sejak Oktober 2023. Ini dilakukan sebagai bentuk protes serangan Israel ke Gaza. Houthi mengklaim akan menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan diplomatik Israel. Serangan tersebut telah membuat banyak perusahaan pelayaran menghindari wilayah itu dan memilih memutar ke jalur lain.

Laut Merah adalah jalur terdekat pengiriman logistik Asia ke Eropa dan sebaliknya, yang melewati Terusan Suez, Mesir. Namun, serangan Houthi membuat kapal-kapal harus memutar ke Cape Town di Afrika Selatan. Hal ini otomatis menambah biaya tarif angkutan laut yang meningkat sebesar US$10.000 atau sekitar Rp156 juta per kontainer berukuran 12,1 meter (40 kaki).

Tidak tinggal diam, AS dan Inggris melakukan serangan udara terkoordinasi terhadap Houthi di Yaman pada 11 Januari dan 22 Januari. Presiden Joe Biden mengatakan serangan itu merupakan respon langsung terhadap serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah yang membahayakan perdagangan dan mengancam kebebasan navigasi. Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak mengatakan tindakan tersebut perlu dan proporsional untuk melindungi pelayaran global.

Ada Apa dengan Laut Merah (Red Sea)?

Laut Merah atau yang sering disebut dengan Laut Teberau merupakan suatu perairan yang terletak di Timur Tengah. Laut ini diapit di antara timur laut Afrika dan Semenanjung Arab serta berbatasan dengan Arab Saudi, Mesir, Sudan, Yaman, Djibouti dan Eritrea.

Laut Merah terkenal sebagai salah satu bukti mukjizat Nabi Musa AS saat menyelamatkan kaumnya dari kejaran pasukan Firaun. Ketika itu, Nabi Musa AS membelah laut merah hingga terbagi menjadi dua dengan menggunakan tongkatnya.

Uniknya, Laut Merah tidak selalu berwarna merah. Dalam beberapa foto, penampakan dari Laut Merah memiliki warna yang sama dengan warna laut pada umumnya. Lalu, mengapa laut tersebut dinamakan sebagai Laut Merah?

Dikutip dari Live Science, tidak ada yang tahu pasti bagaimana laut tersebut dikatakan sebagai Laut Merah. Besar kemungkinan karena adanya ganggang Trichodesmium erythraeum.

Hal ini diungkapkan oleh Karine Kleinhaus seorang profesor ilmu kelautan dan atmosfer dari Universitas Stony Brook, New York.

Ganggang Trichodesmium erythraeum juga disebut sebagai serbuk gergaji laut. Ganggang ini merupakan cyanobacteria atau bakteri yang dapat bertahan hidup melalui fotosintesis dan juga masuk ke dalam kelompok ganggang biru-hijau. Ganggang biru-hijau memiliki fungsi dan tanggung jawab untuk mengkonversi sebanyak 60% hingga 80% nitrogen di laut.

Hal ini dijelaskan oleh NASA Earth Observatory. Trichodesmium erythraeum banyak ditemukan di Laut Merah dan tumbuh secara berkala. Saat ganggang tersebut mati, maka air laut yang berwarna biru akan berubah menjadi coklat kemerahan lalu menyebar ke permukaan laut.

Pada tahun ke-7 sebelum Hijriah/ 615 M atau tahun ke-5 setelah kenabian, terjadi sebuah peristiwa penting dalam sejarah Islam. Saat itu, para sahabat yang baru memeluk Islam mendapat teror dan siksaan dari kaum kafir Quraisy.

Rasulullah SAW lalu memerintahkan para sahabat untuk menyelamatkan diri ke Habasyah Perjalanan para sahabat ke negeri Habasyah itu mengarungi ganasnya gelombang Laut Merah, enam belas sahabat Rasulullah itu akhirnya terdampar di negeri yang kala itu dipimpin seorang raja bernama Najasyi, orang Arab menyebutnya Ashama ibnu Abjar.

Dari sisi perdagangan internasional, Laut Merah merupakan salah satu rute terpenting dalam dunia kemaritiman dan secara keseluruhan 12%-15% perdagangan dunia atau sekitar 20.000 kapal per tahun melewati Laut Merah yang menjadi penghubung antara Eropa dan Asia.

Pelajaran dari Laut Merah

Laut merah termasuk dalam sea line of communication. Istilah ini menggambarkan rute maritim penting yang banyak menghubungkan pelabuhan untuk perdagangan logistik maupun militer. Pergerakannya seperti urat nadi yang ketika terganggu maka tentu saja aliran darah akan macet sehingga badan terganggu metabolismenya. Ini yang terjadi dengan serangan yang dilakukan oleh kelompok militer Houthi di Laut Merah, mereka mengganggu metabolisme perdagangan dunia.

Laut merah ini dikelilingi oleh 2 choke point (titik sumbat) yaitu Teruzan Suez dan Selat Bab El Mandeb, keduanya dikontrol oleh negeri-negeri Muslim. Jadi ketika titik ini diganggu atau ditutup atau dibajak sebagaimana yang dilakukan Houthi, maka akan mengganggu metabolisme perdagangan internasional bahkan militer.

Dari sebuah artikel yang ditulis oleh aktivis di Yaman mengatakan bahwa Houthi hanya menggunakan sebagian kecil dari drone dan rudal bersenjata yang mereka miliki. Persenjataan mereka pun terbatas dan sebenarnya tidak secanggih Amerika, Inggris ataupun zionis itu sendiri.

Terlepas dari motif Houthi itu sendiri, sejarahnya, penyebabnya, tindakannya, ketika berada di lokasi yang tepat yakni lokasi strategis, hal ini dapat kemudian digunakan untuk meningkatkan leverage (daya ungkit) untuk menantang tatanan global musuh-musuh Islam.

Seharusnya kita bersyukur Allah masih memberikan banyak potensi di lautan maupun di daratan yang sebenarnya bisa digunakan umat Islam sebagai leverage yang akan meningkatkan posisi umat Islam berhadapan dengan musuh-musuh Allah.

Hal ini seharusnya disadari kaum Muslimin, mengerti aspek-aspek lapangan seperti ini di daratan maupun di lautan yang ternyata kaya sekali choke point dan sea line of communication yang sebenarnya kita bisa pulling the string—menarik pengaruh untuk menimbulkan pengaruh yang besar seperti yang dilakukan Houthi tapi tentu saja tidak cukup dengan kesadaran ini.

Namun, juga dibutuhkan rantai komando yang kuat dan kepemimpinan yang tulus dan benar yang akan mengawal aksi-aksi perlawanan strategis seperti ini.

Houthi memiliki motif yang disampaikan di depan publik yaitu untuk membela Gaza dan membalas serangan zionis dan sekutunya dan tentu saja membela al Aqsha. Dukungan kaum Muslimin di Yaman yang luar biasa terhadap al Aqsha mengindikasikan keimanan dan kesadaran ruhiyah mereka terhadap al Aqsha.

Pelajaran yang bisa diambil yaitu kita membutuhkan rantai komando yang jelas dan kuat yang akan mengawal aksi perlawanan strategis yang seperti yang dilakukan Houthi, meluruskan motif mereka dan mencegah mereka dari upaya-upaya pemanfaatan negara-negara kuffar.

Sebab Houthi juga berusaha didekati oleh Amerika untuk melawan lawan politiknya di Yaman yaitu Abdurrahman Aaleh yang selama ini diketahui dekat dengan Inggris. Tentu kita tidak mengharapkan kelompok yang masih memiliki kesadaran Islam ini kemudian akhirnya dalam level berikutnya dimanfaatkan.

Sebenarnya umat Islam memiliki dua kisah di perairan Muslim yaitu di Laut Merah dan Laut Mediterania yang menunjukkan bahwa adanya rantai komando yang kuat yaitu kekhilafahan Utsmani kala itu, bisa secara efektif menegakkan kedaulatan.

Pada tahun 1513, kekhilafahan utsmaniyah mampu mencegat kapal-kapal Portugis di Laut Merah dan mengusir Laksamana Portugis Alfonso de Albuquerque yang memimpin ekspedisi penaklukan Selat Malaka.

Orang yang sama ternyata tahun 1513 di Laut Merah justru berhasil diusir. Orang ini bermaksud mencuri jenazah Rasulullah SAW karena ada doktrin dari negara Portugis bahwa mereka sangat membenci Islam dan ingin menjadikan mayat Nabi SAW sebagai tebusan sampai seluruh umat Islam meninggalkan tanah suci.

Bahkan sosok Albuquerque ini juga memulai project menginvasi Laut Merah tetapi invasi ini juga gagal kembali dan dihentikan oleh kekhilafahan Utsmaniyah tahun 1517. Hal ini mengajarkan bahwa kita membutuhkan komando seperti apa yang terjadi pada tahun 1513 di mana kapal-kapal Portugis bukan hanya diusir, mereka juga tidak berhasil masuk ke tanah Haram dengan niat mencuri jasad Nabi SAW.

Kemudian pada tahun 1795, Amerika belum mempunyai posisi yang kuat bahkan untuk mengakses Laut Tengah/ Mediterania. Agar tidak terjadi penolakan untuk memasuki perairan tersebut, Amerika membuat perjanjian dengan Magribi-Aljazair (kegubernuran) yaitu adanya pembayaran upeti.

Suatu saat, Amerika (Thomas Jefferson) tidak mau membayar upeti dan akhirnya kapal-kapal Amerika diusir dan dibakar oleh kaum Muslimin di Laut Tengah.

Hal ini menunjukkan bahwa ada koordinasi yang kuat antara kekhilafahan utsmani yang menaungi kegubernuran Magribi kala itu, sehingga kaum Muslimin punya otoritas yang kuat untuk mengontrol pintu masuk Laut Tengah, lalu lintas perdagangan maritime termasuk melintasnya kapal-kapal kolonial di perairan Muslim.

Ini adalah pelajaran penting kaum Muslimin yang harus dipahami bahwa tidak cukup hanya dengan aksi-aksi perlawanan strategis tetapi juga dibutuhkan rantai komando yang kuat dan jelas dam rantai komando yang Allah ridhoi yaitu Kekhilafahan Islamiyah.

Referensi:

  • www.bbc.com
  • www.cnbcindonesia.com
  • www.detik.com
  • www.khazanah.republika.co.id
  • www.instagram.com

 

Penulis:
Firman Budiman, A.Md.Tra, ANT-III
(Second Deck Officer)

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

Kerlas Kerja

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x
x